2.1
Pengertian Forecasting atau Policy Forecasting(Peramalan Kebijakan)
Peramalan kebijakan (policy forecasting) adalah suatu
prosedur untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial masa depan atas
dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan (Dunn, 2000:291).
Tujuan diadakannya peramalan kebijakan
diantaranya yaitu:
1) Ramalan
menyediakan informasi tentang perubahan kebijakan di masa depan beserta
konsekuensinya yang akan berpengaruh terhadap implementasi kebijakan.
Tujuan peramalan ini
mirip dengan kebanyakan penelitian eksakta maupun sosial.
2) Mempermudah
melakukan kontrol yang lebih besar dengan asumsi
bahwa masa depan ditentukan oleh masa lalu dan masa kini, serta intervensi
kebijakan guna mempengaruhi perubahan, sehingga akan mengurangi resiko yang
lebih besar.
3) Mempermudah melakukan tindakan kebijakan di masa depan.
Oleh karena itu, sebelum rekomendasi
diformulasikan perlu adanya peramalan kebijakan sehingga akan diperoleh hasil
rekomendasi yang benar-benar akurat untuk diberlakukan pada masa yang akan
datang.
Dalam hal memprediksi kebutuhan di masa yang
akan datang dengan berpijak pada masa lalu, maka dibutuhkan seseorang yang
memiliki daya sensitifitas tinggi dan mampu membaca kemungkinan-kemungkinan
dimasa yang akan datang.
Menurut Keban, bahwa teknik forecasting berusaha untuk menjawab
beberapa pertanyaan penting, antara lain:
1) Apa
yang akan terjadi sekiranya kebijakan yang ada atau yang sedang berjalan
diteruskan?
2) Apa
yang akan terjadi apabila isi kebijakan yang ada sekarang ini dirubah meniru
kebijakan yang telah dipraktekkan di tempat lain?
3) Apakah
kebijakan yang baru akan mendapat dukungan tokoh masyarakat khususnya dari
aktor-aktor politik?
Untuk
keperluan peramalan ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)
Merumuskan
sasaran atau obyek yang akan diramal
2)
Dasar
yang digunakan untuk meramal
3)
Teknik
yang sesuai dengan objek dan dasar yang dipakai
Keterbatasan peramalan dibentuk oleh
tiga hal, yaitu:
1)
Akurasi
ramalan, (data yang digunakan harus valid).
2)
Kelebihan
komparatif, (model komparatif teoritis rumit).
3)
Konteks,
(konteks kebijakan yang kurang mencerminkan kenyataan sebagai pengelaman
sejarah), yaitu konteks institusional, temporal, dan historikal.
Sejauh
struktur sosial masih sederhana dan statis, penilaian yang mapan akan bertahan
untuk waktu yang panjang, tetapi jika masyarakat berubah hal ini akan segera
tercermin pada penilaian yang berubah.
Hasil rumusan masalah menghasilkan
formulasi yang relevan dengan kebijakan, hal ini penting untuk melakukan
analisis kebijakan selanjutnya yaitu melakukan peramalan akan masa depan
kebijakan. Kapasitas peramalan masa depan kebijakan sangat penting bagi
berhasilnya analisis kebijakan, terutama bagi perbaikan pembuatan kebijakan.
Melalui peramalan kita dapat memperoleh visi yang prospektif, sehingga kita
dapat melebarkan pemahaman dan pengontrolan terhadap kebijakan yang sedang
dirumuskan.
2.2
Sumber-Sumber Tujuan, Sasaran Dan Alternatif Forecasting
(Peramalan Kebijakan)
Dalam
meramalkan kebijakan yang akan diberlakukan, maka baik seorang analis maupun
pembuat kebijakan harus menemukan sumber tujuan, sasaran serta alternatif yang
akan digunakan dalam membuat kebijakan ulang,diantaranya yaitu:
1) Wewenang
Dalam memprediksi sebuah
kebijakan yang akan datang, seorang analis dapat berdiskusi dengan para pakar
untuk mencari alternatif pemecahan permasalahan.
2)
Wawasan
Seorang analis dapat
menggunakan intuisinya, penilaian (judgment),
atau pengetahuan tersembunyi dari orang-orang yang dipercayai cukup memahami
suatu masalah.
3)
Metode
Pencarian alternatif
pemecahan permasalahan dapat dilakukan dengan melakukan analisa dengan
menggunakan metode yang tepat dan inovatif.
4)
Teori Ilmiah
Teori yang dibuat dalam
ilmu-ilmu sosial dan eksakta dapat digunakan sebagai pijakan pencarian
alternatif pemecahan permasalahan sebuah kebijakan.
5)
Motivasi
Keyakinan, nilai dan
kebutuhan dari para penentu kebijakan dapat dijadikan sebagai sumber pemecahan
permasalahan kebijakan. Alternatif dapat dibuat dari tujuan serta sasaran dari
suatu kelompok.
6)
Kasus Paralel
Pengalaman kebijakan dari negara
atau kota lain serta kasus-kasus permasalahan kebijakan
dapat digunakan sebagai peramalan alternatif suatu kebijakan.
7) Analogi
Kemiripan antar permasalahan
yang berbeda juga dapat digunakan sebagai sumber alternatif kebijakan. Misalnya undang-undang yang dirancang untuk meningkatkan kesamaan kesempatan kerja
bagi wanita, yang merupakan hasil dari analogi
terhadap perlindungan hak-hak kaum minoritas.
8)
Sistem Etik
Teori tentang keadilan sosial yang dibangun oleh para filsuf dan pemikir sosial lainnya dapat juga digunakan
sebagai sumber alternatif pemecahan sebuah kebijakan di berbagai bidang.
2.3
Bentuk-Bentuk Forecasting (Peramalan
Kebijakan)
Adapun bentuk-bentuk dari peramalan kebijakan atau forecasting, antara lain yaitu:
1) Proyeksi
Yaitu
ramalan yang didasarkan pada ekstrapolasi atas kecenderungan masa lalu maupun
masa kini ke masa depan, dengan asumsi bahwa masa yang akan datang memiliki
pola yang sama dengan masa lalu. Biasanya, penggunaan bentuk proyeksi di
peroleh melalui kasus paralel, dimana asumsi mengenai validitas metode tertentu
atau kemiripan kasus digunakan untuk memperkuat pernyataan.
Proyeksi juga dapat diperkuat dengan argumen dari pemegang otoritas
seperti opini para pakar dan logika kausal yang diambil dari teori.
Bentuk proyeksi dapat diterapkan dengan menggunakan model matematika
dan regresi.
Contohnya,
kita dapat menghitung proyeksi jumlah penduduk tahun 2010 berdasarkan data jumlah
penduduk selama 5 tahun terakhir, yakni tahun 2004, tahun 2003, tahun 2002,
tahun 2001, dan tahun 2000.
2)
Prediksi
Yaitu ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritis yang tegas. Asumsi
ini dapat berbentuk hukum teoritis, proposisi atau analogi.
Sifat terpenting dari prediksi adalah menspesifikasikan kekuatan
generatif (penyebab) dan konsekuensi (akibat).
Misalnya berdasarkan teori supply dan demand, dimana harga
normal akan terjadi pada titik temu antara supply dan demand.
Kemudian hukum berkurangnya nilai uang, atau proporsi yang menyatakan
bahwa pecahnya masyarakat sipil disebabkan oleh adanya kesenjangan antara
harapan dan kemampuan. Prediksi ini dapat dilengkapi dengan argumentasi dari
mereka yang berwenang (misalnya penilaian yang informatif) dan metode (misalnya
model ekonomerik).
3) Perkiraan
Yaitu ramalan yang didasarkan pada penilaian yang normatif atau
penilaian para pakar tentang situasi masyarakat masa depan.
Penilaian ini dapat berbentuk penilaian intuitif yang berlandaskan pada
kekuatan batin dan kreatif dari para intelektual.
2.4 Obyek Forecasting (Peramalan Kebijakan)
Dalam melakukan peramalan kebijakan terdapat beberapa obyek yang
terdapat dalam sebuah forecasting,
antara lain:
1)
Konsekuensi
Kebijakan Sekarang
Yaitu ramalanyang digunakan
untuk mengestimasi kondisi yang akan datang, apabila tidak ada kebijakan baru yang
diambil oleh pemerintah.
Misalnya, apabila
pemerintah tidak menaikkan harga BBM, maka dapat diprediksi seberapa besar
defisit anggaran negara kita.
2)
Konsekuensi
Kebijakan Baru
Yaitu
ramalan yang digunakan untuk mengestimasi kondisi yang akan datang apabila
diterapkan kebijakan baru. Ramalan ini digunakan untuk mengestimasi perubahan yang diperkirakan akan terjadi didalam masyarakat
jika kebijakan baru
diterapkan oleh pemerintah.
Misalnya,
apabila pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM sebesar 20%,
maka akan dapat diprediksi seberapa besar kenaikan pendapatan negara dari sektor
ini dan seberapa besar efeknya pada kenaikan harga sembako, dan lainnya.
3)
Isi Kebijakan
Baru
Yaitu ramalan yang
digunakan untuk mengestimasi perubahan dalam isi kebijakan baru.
Misalnya,
kebijakan pemerintah untuk menurunkan kembali harga solar sebesar Rp.
50,-karena terdapat banyak keberatan dari masyarakat.
4)
Perilaku
Stakeholders(Para Penentu Kebijakan)
Yaitu ramalan yang digunakan untuk mengestimasi dukungan atau penolakan
yang mungkin muncul dengan adanya kebijakan baru.Dengan kata lain, dilakukan
studi kelayakan politis sejak adopsi hingga implementasi kebijakan.
Misalnya, ramalan untuk memperkirakan kelompok-kelompok mana yang akan
mendukung atau menolak, seandainya pemerintah membuat kebijakan mencabut
subsidi bensin.
2.5 Basis
Forecasting (Peramalan Kebijakan)
Basis ramalan merupakan seperangkat asumsi atau data
yang digunakan untuk menetapkan kemungkinan (plausibility) dari ramalan atas konsekuensi dari kebijakan baru
maupun kebijakan yang telah ada, isi dari kebijakan baru, atau perilaku para
penentu kebijakan. Dalam hal ini terdapat tiga basis utama dalam ramalan
kebijakan, yaitu:
1)
Ekstaplorasi Kecenderungan
Yaitu merupakan
pemanjangan kecenderungan masa lalu ke masa depan. Ekstaplorasi ini berdasar
pada asumsi bahwa apa yang telah terjadi dimasa lalu juga akan terjadi dimasa
yang akan datang, bila tidak ada kebijakan baru atau peristiwa yang tak terduga
yang mempengaruhi suatu peristiwa. Ektraplorasi kecenderungan ini berdasarkan
pada logika induktif, yaitu proses berpikir yang berangkat dari pengamatan
khusus ke kesimpulan atau pernyataan umum.
2)
Asumsi Teoritik
Yaitu merupakan
seperangkat hukum atau proposisi yang terstruktur secara sistematis dan teruji
secara empirik yang membangun suatu prediksi tentang berlangsungnya suatu
peristiwa atas dasar peristiwa yang lain.
Asumsi teoritik
ini berbentuk kausal, dan perannya adalah untuk menjelaskan atau memprediksi.
Penggunaan asumsi teoritik ini didasarkan pada logika deduktif, yakni proses
berpikir dari pernyataan, hukum atau proposisi umum ke sejumlah pernyataan dan
informasi khusus.
3)
Penilaian Informatif
Yaitu merupakan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman dan intuisi, daripada berdasarkan pada
pemikiran induktif atau deduktif.
Penilaian
informatif ini biasanya diungkapkan oleh para pakar atau orang yang berpengetahuan
dan digunakan dalam kasus-kasus dimana teori dan/atau data empirik tidak
tersedia atau kurang memadai. Dan penilaian informatif ini berdasarkan pada
logika retroduktif, yaitu proses berpikir yang mulai dengan pernyataan tentang
masa depan dan kemudian kembali ke informasi dan asumsi yang diperlukan untuk
mendukung pernyataan tersebut.
Dari ketiga basis tersebut, dalam praktiknya seringkali
tidak jelas mengenai batas-batas antara cara berpikir induktif, deduktif dan
retroduktif. Ketiga cara tersebut keberadaannya bisa melengkapi satu sama lain.
Metode
retroduktif merupakan cara yang paling kreatif untuk digunakan sebagai cara meramalkan
masa depan potensial. Sedangkan metode berpikir induktif dan deduktif dapat
digunakan sebagai penghimpun informasi dan teori baru untuk membuat pernyataan
tentang situasi sosial masa depan. Namun, pada dasarnya metode berpikir
induktif dan deduktif ini adalah konservatif, karena penggunaan informasi
tentang peristiwa masa lalu atau penerapan teori ilmiah yang telah mapan dapat
membatasi pandangan seseorang tentang masa depan yang potensial (yang berbeda
dengan plausible).
2.6 Metode
dan Teknik Dalam Forecasting
(Peramalan Kebijakan)
Di dalam peramalan kebijakan
atauforecasting terdapat beberapa
metode dan teknik yang dapat digunakan, diantaranya yaitu:
1)
Peramalan Ekstrapolatif
Peramalan ekstrapolatif adalah peramalan yang berdasarkan
pada beberapa bentuk analisis antar waktu (time
series analysis), yakni analisis data numerik
yang dihimpun pada beberapa titik waktu dan ditampilkan secara kronologis.
Peramalan jenis ini telah digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi, berkurangnya penduduk, konsumsi energi, kualitas hidup, dan beban
kerja pemerintah.
Untuk dipergunakan sebagai proyeksi, maka peramalan ekstrapolatif ini berdasarkan pada tiga asumsi dasar, yaitu:
·
Persistensi
Yaitu bahwa pola-pola yang terjadi dimasa lalu akan terjadi juga dimasa depan.Contohnya,
jika pemilihan jalur pendidikan
yang lebih tinggi telah meningkat dimasa lalu, maka akan meningkat pula dimasa
depan.
·
Keteraturan
Bahwa variasi pada masa lalu sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungannya akan
terulang secara berkelanjutan dimasa
depan.Contonya, jika kurikulum
berubah setiap 10 tahun, maka siklus ini akan terulang dimasa depan.
·
Reliabilitas
dan Validitas Data
Artinya bahwa pengukuran tren akan reliabel
(cukup cermat atau memiliki konsistensi internal) dan valid (mengukur apa yang hendak di ukur).
Contohnya, statistik tingkat kelulusan siswa merupakan alat ukur yang relatif tidak
cermat atau kurang tepat atas tingkat kecerdasan siswa yang sebenarnya.
Apabila ketiga asumsi tersebut dapat terpenuhi, maka peramalan ekstrapolatif akan
lebih
baik jika dibandingkan dengan
intuisi tentang dinamika perubahan dan memberikan pemahaman yang lebih besar tentang situasi masyarakat yang lurus ke depan. Namun,apabila salah satunya
tidak dapat terpenuhi, maka teknik
peramalan ekstrapolatif akan memberikan hasil yang tidak akurat atau salah
arah.Hal ini dikarenakan kepatuhan terhadap asumsi metodologi ini dan juga adanya asumsi bahwa metodologi lain yang
tidak
dijamin akurasinya.
Menurut Dunn, kurang akuratnya
dua atau lebih ramalan seringkali diakibatkan oleh keputusan yang kaku atas
asumsi teknik. Itulah sebabnya penilaian (judgment)
merupakan hal yang penting bagi semua bentuk ramalan, termasuk peramalan yang
menggunakan model yang kompleks.
Metode dan teknik peramalan
ekstrapolatif dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:
a.
Analisis
antar waktu klasik, yang mempunyai empat komponen, yaitu:
·
Tren
sekuler, yaitu pertumbuhan atau penurunan yang lurus dalam jangka panjang dari
suatu data antar waktu.
·
Variasi
musiman, yaitu variasi dalam data antar waktu yang berulang secara periodik
dalam satu tahun atau kurang.
·
Fluktuasi
yang bersiklus, yaitu variasi yang periodik dan meluas beberapa tahun dan tidak
terprediksi.
·
Perpindahan
yang teratur, yaitu variasi yang teratur.
b.
Estimasi
tren linear, yaitu suatu prosedur yang menggunakan analisis regresi untuk
memperoleh estimasi matematis yang cermat tentang situasi sosial masa depan.
c.
Waktu
berskala non linear, yang dipilah menjadi lima kelas yaitu:
·
Osilasi,
yaitu nilai yang menyimpang dari linearitas tapi hanya dalam tahunan,
caturwulan, bulan atau hari.
·
Siklus,
yaitu fluktuasi non linear yang terjadi antar tahun atau lebih lama.
·
Kurva
pertumbuhan, yaitu penyimpangan linearitas antar tahun, dekade, atau jangka
waktu tertentu.
·
Kurva
penurunan, yaitu pasangan dari kurva pertumbuhan.
·
Katasropi,
yaitu memperlihatkan ketidak-ajegan yang muncul tiba-tiba dan tajam.
d.
Pembobotan
eksposial yang menggunakan persamaan dalam regresi.
e.
Transformasi
data, yaitu cara yang dipakai untuk mengadaptasi teknik regresi linear dalam
proses pertumbuhan dan penurunan.
f.
Metodologi
katastopi, yaitu metode yang dipakai untuk merekam keajegan yang muncul dari
variasi variabel lain.
2) Peramalan
Teoritik
Peramalan teoritik yaitu metode peramalan yang didasarkan
pada asumsi tentang sebab dan akibat yang terkandung di dalam berbagai teori
dengan menggunakan logika deduktif.Metode ini digunakan untuk membantu analis
membuat prediksi tentang situasi masyarakat di masa depan atas dasar asumsi
teori dan data masa lalu maupun masa kini.
Peramalan teoritik dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
a.
Pemetaan
teori, yaitu teknik yang membantu analis untuk mengidentifikasikan dan
merancang asumsi-asumsi kunci di dalam suatu argumen teori atau kausal.
b.
Pembuatan
model teoritik, yaitu menunjuk pada suatu teknik dan asumsi yang luas untuk
membentuk representasi (model) sederhana dari teori, karena analis jarang
membuat peramalan teoritik secara langsung dari suatu teori.
c.
Pembuatan
model kausal, yaitu representasi teori secara sederhana yang berusaha untuk
menjelaskan dan memprediksikan penyebab dan konsekuensi dari kebijakan publik.
d.
Analisis
regresi, yaitu teknik yang sangat bermanfaat untuk meramalkan hubungan linear
antara variabel dalam model peramalan teoritik.
e.
Estimasi
titik dan interval.
f.
Analisis
korelasional.
3) Peramalan Pendapat atau Peramalan
Intuitif
Peramalan pendapat yaitu teknik
peramalan yang berusaha untuk memperoleh dan mensintesakan pendapat-pendapat
para ahli atau pakar dibidangnya. Peramalan pendapat yang mengutamakan kekuatan
intuitif atau perasaan, karena asumsi tentang daya kreasi seseorang dalam membuat
peramalan digunakan sebagai pembenar pernyataan mengenai masa depan.
Peramalan jenis ini
sering digunakan dalam pemerintahan dan industri, terutama sesuai untuk
jenis-jenis masalah yang rumit. Karena
salah satu sifat dari masalah yang rumit
adalah bahwa alternatif kebijakan dan konsekuensinya tidak dapat
diketahui maka dalam kondisi seperti itu tidak ada teori atau data empirisyang relevan untuk membuat ramalan. Dalam hal ini teknik peramalan pendapat menjadi sangat
bermanfaat dan bahkan sangat perlu.
Logika dari peramalan
intuitif pada dasarnya bersifat
retroduktif karena analis memulai dengan dugaan tentang suatu keadaan. Misalnya, masa depan normatif seperti perdamaian
dunia, dan kemudian berbalik ke data
atau asumsi yang diperlukan untuk mendukung dugaan tersebut.
Dengan demikian, terdapat tiga jenis
peramalan intuitif, yaitu:
a.
Teknik
delphi yaitu prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh, menukar dan membuat
opini tentang peristiwa di masa depan.
Teknik
ini dikembangkan pada tahun 1948 oleh Apolio di Delphi. Teknik delphi
menekankan pada lima prinsip dasar, yaitu:
·
Anonimitas,
yaitu semua pakar atau orang berpengetahuan memberikan tanggapan secara
terpisah dan saling tidak mengenal diantara mereka.
·
Iterasi,
yaitu penilaian setiap individu dihimpun dan dikomunikasikan kembali kepada
semua pakar yang ikut terlibat dan memberikan komentar.
·
Tanggapan
balik yang terkontrol, yaitu pengkomunikasian penilaian dilakukan dalam bentuk
rangkuman jawaban terhadap kuesioner.
·
Jawaban
statistik, yaitu rangkuman dari tanggapan setiap orang disampaikan dalam bentuk
ukuran tendensi sentral, disperse, distribusi frekuensi, dan polygon frekuensi.
·
Konsensus
pakar, yaitu untuk menciptakan kondisi konsensus diantara para pakar sebagai
akhir yang penting.
Kebijakn Delphi (Delphi policy) adalah suatu tanggapan yang konstruktif terhadap
keterbatasan Delphi konvensional dan merupakan usaha untuk menciptakan prosedur
baru yang sesuai dengan rumitnya masalah-masalah kebijakan. Suatu kebijakan
delphi dapat digambarkan sebagai serangkaian tahapan yang saling berkaitan,
yaitu spesifikasi isu, menyeleksi advokat, membuat kuesioner, analisis hasil
putaran pertama, pengembangan kuesioner selanjutnya, mengorganisasi pertemuan
kelompok, dan menyiapkan laporan akhir.
b.
Analisis
dampak silang, yaitu suatu teknik yang menghasilkan penilaian atas dasar
informasi tentang probabilitas kejadian dari peristiwa masa depan dengan
berbasis pada terjadi atau tidaknya peristiwa terkait.
Untuk
itu analisis dampak silang memperhatikan tiga aspek dari suatu kaitan, yaitu
arah kaitan (positif atau negatif), kekuatan kaitan (kuat atau lemah), dan
jangka waktu kaitan (waktu kaitan peristiwa).
c.
Tafsiran
fisibilitas, yaitu teknik peramalan pendapat untuk meramalkan perilaku para pelaku kebijakan dalam setiap proses
pembuatan kebijakan.
Teknik
tafsiran fisibilitas memfokuskan pada beberapa aspek perilaku politik
organisasional, yaitu posisi isu, sumber daya yang tersedia, dan ranking sumber
daya relatif.
Berikut
ini tabel tentang metode dan teknik dalam peramalan :
Pendekatan
|
Dasar / kegunaan
|
Teknik yang Memadai
|
Produk
|
Peramalan Ekstrapolasi
|
Ekstrapolasi kecenderungan
|
·
Analisis antar waktuklasik
·
Estimasi Tren linear
·
Pembobotan Eksponensial
·
Transformasi Data
·
Katastropi Metodologi
|
Proyeksi
|
Peramalan Teoritik
|
Teori
|
·
Pemetaan Teori
·
Model Kausal
·
Analisis Regresi
·
Estimasi Titik dan Interval
·
Analisis Korelasi
|
Prediksi
|
Peramalan
Penilaian
|
Penilaian
informatif
|
·
Delphi Konvensional
·
Delphi Kebijakan
·
Analisis Dampak Silang
·
Penilaian Fisibilitas
|
Perkiraan
|
2.7 Jenis-Jenis
Masa Depan
Dalam upaya
melakukan peramalan, maka perlu diketahui situasi masa depan. Teori kebijakan
publik membedakan masa depan atas tiga jenis, yaitu:
1)
Masa Depan
Potensial (Potential Future) atau Masa Depan Alternatif
Yaitu situasi sosial
masa depan yang mungkin terjadi, yang berbeda dengan situasi sosial yang memang
terjadi.Situasi masa depan tidak pernah pasti
sampai benar-benar terjadi, dan karena ini merupakan kemungkinan bebas, maka
“wilayah” potential futures sangat
luas.
Contohnya,
sebagai akibat dari penebangan hutan yang terus menerus, maka berbagai jenis
masa depan mungkin dapat terjadi,misalnya
bencana alam, kekurangan persediaan air, musnahnya satwa, dan global warming.
2)
Masa Depan
yang Masuk Akal (Plausible Future)
Yaitu situasi masa
depan yang atas dasar asumsi akan terjadi apabila pembuat kebijakan tidak
melakukan intervensi. Situasi masa depan ini atas dasar
asumsi tentang hubungan antar lingkungan dan masyarakat, dan ini diyakini akan
berlangsung jika pembuat kebijakan tidak mengintervensi guna mengubah arah
suatu peristiwa.
Contohnya, sebagai akibat dari adanya penebangan hutan yang terus
menerus, maka berbagai jenis masa depan mungkin
dapat terjadi,misalnya bencana alam, kekurangan persediaan air,
musnahnya satwa, dan global warming. Dari contoh tersebut, yang
dikatakan masa depan masuk akal, adalah bencana alam, kekurangan persediaan
air, , musnahnya satwa, dan global warming sangat logis dapat terjadi
apabila pemerintah tidak melakukan kontrol terhadap penebangan hutan. Dan sebaliknya,
apabila pemerintah melakukan kontrol terhadap manajemen penebangan hutan, maka akan
masuk akal juga dampak negatif dari penebangan hutan tersebut dapat
diminimalkan atau dihindari.
3)
Masa Depan
Normatif (Normative Future)
Yaitu masa depan yang
seharusnya terjadi. Masa depan normatif ini merupakan
masa depan yang potensial maupun masa depan yang masuk akal,yang konsisten
dengan konsep analisa tentang kebutuhan, nilai dan kesempatan yang ada di masa
depan. Salah satu aspek penting dari masa depan normatif adalah spesifikasi tujuan dan sasaran. Pada masa depan
normatif ini perlu adanya analisa yang teliti terhadap perubahan yang terjadi
dalam hasil akhir maupun cara-cara kebijakan di masa depan.
Menurut Dunn, dalam menentukan
sebuah kebijakan ada baiknya antara tujuan (goal) dan sasaran (objevktives). Walaupun keduanya
sama-sama berorientasi ke depan, dalam hal ini tujuan mengekspresikan maksud-maksud
yang luas dan jarang diungkapkan dalam bentuk definisi operasional, sedangkan
sasaran bersifat lebih spesifik dan mengungkapkan definisi operasional.
Contohnya,
apabila lebar jalan raya diperluas, manajemen lalu lintas disempurnakan, dan
pertumbuhan jumlah kendaraan dikontrol ketat, maka jumlah kecelakaan lalu
lintas di masa depan akan berkurang.
Sumber :
1.
Luankali, Bernadus. 2007. Analisis Kebijakan Publik Dalam Proses
Pengambilan Keputusan. Jakarta.
3.
http://dgchuank.blogspot.co.id/2013/06/analisis-kebijakan-dalam-praktik.html?m=1
0 Response to "Forecasting atau Policy Forecasting (Peramalan Kebijakan)"
Post a Comment