Hanya butuh TIGA logika sederhana untuk mengetahui KESESATAN Islam Nusantara
(Ini adalah posting ulang dari status sebelumnya, saya buatkan gambar
yang lebih pas, dengan harapan untuk di-SHARE oleh teman-teman sekalian.
Semoga bermanfaat bagi syiar dakwah, dalam rangka memerangi aliran
sesat yang bisa merusak aqidah dan iman Islam kita).
* * *
Pendapat HABIB RIZIEQ tentang kesesatan Islam Nusantara bisa dibaca di
http://www.eramuslim.com/…/habib-rizieq-inilah-kesesatan-is…
Di bawah ini saya copas artikelnya.
* * *
NB: Islam Nusantara adalah buatan orang-orang liberal, untuk
menggantikan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang sudah tidak laku.
Liciknya, mereka menggunakan NU sebagai kendaraan, sehingga banyak orang
yang mengira bahwa Islam Nusantara buatan NU.
Banyak warga NU yang terkecoh oleh strategi licik ini, sehingga orang yang menentang Islam Nusantara dianggap memusuhi NU.
Padahal aslinya, kita sangat mencintai NU sebagai salah satu ormas
Islam di Indonesia yang masih lurus. Kita tidak ingin NU dicemari oleh
orang-orang liberal, syiah, dst.
Banyak warga NU yang membela
Islam Nusantara, hanya karena keawaman dan "keluguan" mereka saja. Andai
mereka tahu bahwa para dedengkot Islam Nusantara justru memusuhi Islam.
* * *
Habib Rizieq: Inilah Kesesatan Jemaat Islam Nusantara (JIN)
Eramuslim.com
– Dalam pembukaan acara Istighotsah menyambut Ramadhan dan pembukaan
munas alim ulama NU, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ketua Umum PBNU Said
Aqil Siradj mengatakan, NU akan terus memperjuangkan dan mengawal model
Islam Nusantara, Minggu, 14/06/2015
Presiden Jokowi saat
berpidato dalam membuka Munas alim ulama NU di Masjid Istiqlal,
menyatakan dukungannya secara terbuka atas model Islam Nusantara.Minggu
(14/06/2015),
“Islam kita adalah Islam Nusantara, Islam yang
penuh sopan santun, Islam yang penuh tata krama, itulah Islam Nusantara,
Islam yang penuh toleransi,” kata Presiden Jokowi.
Tentu saja,
Konsep Islam Nusantara ini mendapatkan banyak tanggapan dan reaksi dari
kalangan tokoh dan masyarakat terlebih para ulama yang selalu
mendakwahkan islam.
Diantaranya adalah Imam Besar Front Pembela
Islam (FPI) Habib Riziq Sihab. Dengan tegas beliau menyatakan bahwa JIN
(Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat dan menyesatkan,
serta bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan dilawan serta
diluruskan.di lansir dari tulisan beliau di suara
islam.com.
Maka untuk lebih jelasnya, kami nukilkan 8 Alasan Habib Riziq sihab
menolak konsep Islam Nusantara yang di posting oleh Suara Islam dengan
judul “Jemaat Islam Nusantara (JIN) Paham Sesat Menyesatkan” :
1. Islam Pendatang
Bagi JIN bahwa Islam di Indonesia adalah “pendatang” dari Arab yang “numpang”, bukan agama “asli” bangsa Indonesia.
Tanggapan : Islam adalah agama asli yang turun dari langit untuk
seluruh penduduk bumi, karena Islam datang dari Allah Swt sang pemilik
alam semesta, sehingga Islam di mana saja di atas bumi Allah Swt akan
selalu menjadi agama “asli” yang “pribumi”, dan tidak akan pernah jadi
“pendatang”.
Jadi, Islam bukan dari Arab, tapi dari langit yang
diturunkan pertama kali di tengah orang Arab, kemudian disebarkan ke
seluruh dunia.
2. Pribumisasi Islam
Islam sebagai
pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku
pribumi, sehingga Islam harus siap “dipribumisasikan” agar tunduk kepada
budaya setempat.
Karenanya, tidak boleh lagi ada istilah
“Islamisasi Indonesia”, tapi yang mesti dilaksanakan adalah
“Indonesia-isasi Islam”. Jadi, jangan pernah katakan “Indonesia negara
Islam”, tapi katakanlah “Islam ada di Indonesia”.
Tanggapan : jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-China-isasi, dan Islam di India mesti
di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti di-Amerika-isasi, dan
seterusnya, sehingga Islam di dunia jadi bermacam-macam dan
berjenis-jenis sesuai negerinya.
Jika mundur lagi ke belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat jahiliyyah, maka Islam harus di-jahiliyyah-isasi.
Jelas, pola pikir di atas ngawur dan tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.
3. Tolak Arabisasi
Islam yang ada di Indonesia selama ini adalah “Islam Arab”, sehingga budaya Nusantara terancam dan tergerus oleh Arabisasi.
Karenanya, di Indonesia semua budaya Arab yang menyusup dalam Islam
harus diganti dengan budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud “Islam
Nusantara” yang khas bagi bangsa Indonesia.
Intinya, JIN menolak
semua budaya Islam yang beraroma Arab, karena dalam pandangan mereka
semua itu adalah “Arabisasi Islam”, sehingga perlu ada gerakan
“Indonesia-isasi Islam” di Nusantara.
Tanggapan : Rasulullah Saw
diutus di tengah bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab, bukan
meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh bangsa-bangsa
di dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka.
Jadi, tidak ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat manusia.
4. Ambil Islam Buang Arab
Islam sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah
Indonesia, tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku
pribumi.
Karenanya, bangsa Indonesia boleh ambil budaya Islam,
tapi wajib tolak budaya Arab, agar supaya budaya Nusantara tidak
terjajah dan tidak pula tergerus oleh budaya Arab.
Tanggapan :
ini adalah propaganda busuk JIN yang ingin menolak budaya Islam dengan
“dalih” budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang
ditolak dan tidak disukai JIN, akan dikatakan sebagai “budaya Arab”.
Dan propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap
rasis dan fasis, serta melahirkan sikap anti Arab, yang pada akhirnya
mengkristal jadi anti Islam.
5. Ambil Islam Buang jilbab
Menurut JIN bahwa jilbab adalah budaya Arab karena merupakan pakaian
wanita Arab, sehingga harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.
Tanggapan : JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, masyarakat
Arab tidak kenal jilbab, dan wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan wanita
Arab saat itu terkenal dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer
kecantikan, serta tradisi tari perut yang buka puser dan paha.
Lalu datang Islam mewajibkan wanita muslimah untuk berjilbab menutup
aurat, sehingga wanita muslimah jadi berbeda dengan wanita musyrikah.
Dengan demikian, jilbab adalah busana Islam bukan busana Arab, dan
jilbab adalah kewajiban agama bukan tradisi dan budaya.
6. Ambil Islam Buang Salam
Ucapan “Assalaamu ‘alaikum” adalah budaya Arab, sehingga harus diganti
dengan “salam sejahtera” agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan
jatidiri bangsa Indonesia.
Tanggapan : lagi-lagi JIN buta
sejarah, karena di zaman jahiliyyah, salam masyarakat Arab adalah “wa
shobaahaah”, bukan “Assalaamu ‘alaikum”.
Lalu datang Islam yang
mengajarkan umatnya salam syar’i antar kaum muslimin, yaitu “Assalaamu
‘alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh”. Jadi, “Assalaamu ‘alaikum”
adalah “tahiyyatul Islam” bukan “tahiyyatul ‘Arab.”
7. Ambil tilawah Quran buang langgam Arabnya
Termasuk baca Alquran tidak perlu lagi dengan langgam Arab, tapi sudah
saatnya diganti dengan langgam Nusantara seperti langgam Jawa dan Sunda
atau lainnya, agar supaya lebih Indonesia.
Tanggapan : membaca Alquran dengan langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Dan karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, tentu membacanya harus
dengan langgam Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti. Dan
itu pun tidak tiap langgam Arab boleh untuk tilawah Alquran.
Langgam gambus dan langgam qashidah berasal dari Arab, tapi tidak boleh
digunakan untuk tilawah Alquran, karena keduanya adalah langgam seni dan
budaya serta musik dan hiburan.
Apalagi langgam tari perut yang
merupakan langgam seni dan budaya Arab untuk pertunjukan maksiat, lebih
tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran.
Karenanya, membaca
Alquran dengan langgam selain Arab tidak diperkenankan, karena memang
tidak sesuai dengan pakem bahasa Arab, sehingga tidak akan sesuai dengan
intonasi makna dan arti.
Apalagi dengan langgam seni dan budaya
selain Arab yang digunakan untuk hiburan dan pertunjukan, seperti
langgam dalang pewayangan, langgam sinden jaipongan, langgam gambang
kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.
Allah Swt
telah menganugerahkan bangsa Indonesia kefasihan dalam lisan Arab,
sehingga dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun anak-anak,
sangat fasih dalam mengucapkan lafzhul jalalah “Allah” dan aneka dzikir
seperti “Subhanallah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu
akbar.” dan mereka pun sangat fasih juga dalam membaca Alquran.
Bahkan bangsa Indonesia sangat ahli dalam ilmu tajwid dan amat piawai
dalam tilawatil Alquran dengan langgam Arab, sehingga di hampir setiap
Musabaqah Tilawatil Qur’an internasional, para qori Indonesia banyak
sukses dan berhasil keluar jadi juara dunia tilawah.
Karenanya,
pembacaan Alquran dengan langgam dalang pewayangan adalah “kemunduran”,
di mana bangsa Indonesia yang sudah sangat maju dalam tilawatil Qur’an,
hingga mengungguli bangsa Arab sekali pun, lalu dibawa mundur jauh ke
alam mitos pewayangan di zaman semar dan petruk.
8. Ambil Alquran buang bahasa Arabnya
Baca Alquran tidak mesti dengan bahasa Arab, tapi cukup dengan terjemah
Indonesianya saja, agar umat Islam Indonesia bisa langsung menyimak dan
memahami makna dan arti ayat-ayat yang dibaca.
Tanggapan :
inilah tujuan sebenarnya dari propaganda JIN yaitu menjauhkan Alquran
dari umat Islam, karena mereka paham betul bahwa ruh dan jiwa Islam
adalah Alquran.
Bagi JIN, siapa ingin hancurkan dan lenyapkan
Islam, hancurkan dan lenyapkanlah Alqurannya. Jadi jelas sudah, bahwa
yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab, tapi Islam.
Karenanya,
selain yang sudah disebutkan di atas, JIN juga melakukan aneka ragam
propaganda anti Arabisasi untuk merealisasikan tujuan busuknya, antara
lain :
Pertama, menolak istilah-istilah yang diambil dari bahasa
Arab, hingga sebutan abi dan ummi pun mereka kritisi, sehingga harus
diganti dengan istilah-istilah Indonesia, tapi lucunya mereka alergi
dengan istilah Arab namun sangat suka dan amat fasih menggunakan
istilah-istilah Barat.
Kedua, menolak penamaan anak dengan
nama-nama Islam yang diambil daribahasa Arab, sehingga anak Indonesia
harus diberi nama Indonesia. Tapi lucunya mereka senang dan bangga
dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama barat dengan dalih lebih
modern, walau pun bukan nama Indonesia.
Ketiga, bahkan mulai ada
rumor penolakan terhadap pengafanan mayit dengan kain putih karena
beraroma tradisi Arab, sehingga perlu diganti dengan kain batik agar
kental aroma Indonesia.
Bahkan mereka mulai tertarik dengan
pakaian jas dan dasi barat buat mayit sebagaimana pengurusan jenazah
non-Islam, dengan dalih jauh lebih keren dan rapih ketimbang “pocong”,
walau bukan budaya Indonesia.
Demikian kami cuplikan dari tulisan
beliau, semoga membuka wacana kaum muslimin Indonesia untuk lebih
waspada menerima sebuah konsep yang digelontorkan seorang tokoh.(rz)
Sumber tulisan:
http://www.eramuslim.com/…/habib-rizieq-inilah-kesesatan-is…