Manajemen Strategi

(Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah,1999, Manajemen Strategi : Sebuah Konsep
Pengantar, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.)


A.    MANAJEMEN STRATEGI
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan.
Menurut Pearch dan Robinson (1997) dikatakan bahwa manajemen strategik adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Sedangkan pengertian manajemen strategis menurut Nawawi (2007) adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi. Manajemen strategis menurut Nawawi adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organsasi.
Manajemen strategis menurut David (2002:5) adalah Seni dan pengetahuan untuk merumsukan, mengimplementasikan and mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.
Manajemen strategis menurut Hunger dan Wheelen (2003:4) adalah Serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Dengan demikian dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen strategis terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk kami. Komunikasi merupakan kunci keberhasilan manajemen strategis.
Dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsure-unsurnya sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara keseluruhan dan mempunyai tiga karakteristik Hunger dan Wheelen (2003 :3) yaitu :
  1. Rare adalah keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus, yang tidak dapat ditiiru.
  2.  Consequential adalah keputusan-keputusan strategis yang memasukkan sumber daya penting dan menuntut banak komitmen.
  3. Directive adalah keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan di masa ang akan datang untuk organisasi secara keseluruhan.
Dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa manajemen strategis merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula.
Disamping itu pengertian manajemen strategik yang telah sebutkan terakhir dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
  1. Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk rencana strategis (Renstra) yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional, yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek tahunan.
  2. Renstra berorientasi pada jangkauan masa depan.
  3.  Visi, misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk, dan tujuan strategi organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat didalamnya.
  4. Renstra dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi program-program operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing juga sebagai keputusan manajemen puncak.
  5.  Penetapan renstra dan rencana operasi harus melibatkan manajemen puncak karena sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk panjangnya.
  6. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.
Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah Pelaksanaan Operasional dengan unsur- unsurnya adalah sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa  situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
Model proses manajemen strategi meliputi tiga tahap:
1.       Tahap formulasi strategi, yaitu pembuatan pernyataan visi, misi, dan tujuan
2.       Tahap implementasi strategi, yaitu proses penterjemahan strategi ke dalam tindakan-tindakan
3.       Tahap evaluasi strategi , yaitu proses evaluasi apakah implementasi strategi dapat mencapai tujuan

B.     VISI, MISI,DAN TUJUAN
Setiap organisasi mempunyai tujuan dan alasan yang unik untuk keberadaannya. Keunikan ini harus dicerminkan dalam visi dan misi. Pernyataan visi yang baik mengungkapkan pelanggan, produk atau jassa, teknologi, pasar, pemikiran untuk bertahan hidup (pertumbuhan dan keuntungan), pemikiran untuk karyawan, pemikiran untuk citra publik/masyarakat, dan perusahaan. Terdapat delapan karakteristik dasar yang berfungsi sebagai kerangka kerja praktis untuk mengevaluasi dan menuliskan pernyataan misi.
Ada 4 Proses perumusan Visi yaitu :
1.       Tentukan rentang waktu dan lingkup analisis secara tepat
2.       Identifikasi trend sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang akan mempengaruhi masa depan
3.       Identifikasi kondisi persaingan
4.       Evaluasi sumber daya dan kapabilitas internal.
Adapun MISI yang ingin dicapai oleh suatu Perusahaan / Organisasi yakni ;
1.       Publikatau pengguna jasa yang hendak dilayani
2.       Jasa utama yang ditawarkan
3.       Wilayah geografis yang dilayani
4.       Komitmen organisasi terhadap pilihan teknologi
5.       Komitmen organisasi terhadap alternative tujuan
6.       Elemen kunci dalam filosofi organisasi
7.       Konsep kedirian dan citra organisasi

C.    ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO
Analisis lingkungan eksternal merupakan aktivitas memonitor dan mengevaluasi lingkungan eksternal dan internal organisasi kepada orang-orang penting yang ada dalam perusahaan. Lingkungan eksternal dibedakan atas lingkungan makro dan lingkungan industri. Untuk lingkungan tersebut menggunakan metode SWOT (Strength and weaknesses lingkungan internal, Opportunities and Threats untuk analisa lingkungan eksternal).
Lingkungan makro merupakan lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi keputusan-keputusan strategi perusahaan dalam jangka panjang. Secara umum lingkungan makro dikategorikan menjadi empat, yaitu :
1.       Ekonomi
2.       Politik dan budaya
3.       Teknologi
4.       Sosial Budaya

D.    ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
Dalam proses perumusan strategi sebuah perusahaan perlu melakukan identifikasi dan evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan. Hasil dari identifikasi dan evaluasi tersebut diharapkan perusahaan dapat mengetahui profil keunggulan strategi perusahaan yang dimiliki. Sehingga dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi peluang bisnis dan menyikapi ancaman bisnis yang ada dengan cepat.

E.      ANALISIS SWOT
Analisis SWOT merupakan alat yang membantu manajer menentukan dan mengembangkan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan. Namun yang perlu diperhatikan bahwa tujuan dalam menentukan strategi yang digunakan dari hasil SWOT adalah pada dasarnya menghasilkan strategi alternative yang layak, bukan untuk menetapkan strategi yang terbaik. Sehingga seorang manajer dapat menilai bahwa tidak semua strategi dalam SWOT dipilih untuk dikembangkan antara lain :
1.       Strategi Integrasi Vertikal
Strategi integrasi vertical merupakan strategi yang menghendaki perusahaan melakukan penguasaan yang lebih atas distributor, pemasok dan atau para pesaing baik melalui merjer, aukuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. Strategi intergrasi dibedakan menjadi tiga, yiatu :
1.      Integrasi ke depan merupakan strategi untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer.
2.      Integrasi kebelakang merupakan strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok
3.      Integrasi horizontal merupakan strategi untuk mengendalikan para pesaing Perusahaan tertarik melakukan integrasi vertical didasarkan atas alasan :
a.        Dapat menciptakan kenyamanan bagi pendatang baru.
b.       Memberikan fasilitas investasi
c.        Menjaga kualitas produk
d.       Memperbaiki penjadualan
Meskipun mempunyai manfaat, strategi integrasi vertical juga memiliki kelemahan, yaitu ;
a.        Kelemahan dalam hal biaya
b.       Teknologi
c.        Adanya permintaan berfuluktuasi
2.       Strategi Diversifikasi
Strategi diversifikasi merupakan pendekatan utama strategi pada level koroporasi. Tingkat (level) strategi diversifikasi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :
1.      Tingkat diversifikasi rendah
2.      Tingkat diversifikasi menengah
3.      Tingkat diversifikasi tinggi.
Selain itu juga dikenal dengan istilah diversifikasi related (diversfikasi konsentris) dan diversifikasi unrelated (diversifikasi konglomerat dan diversifikasi horizontal). Perusahaan mengimplementasikan strategi diversifikasi, dilandasi alasan dan motif untuk mempertahankan keunggulan strategis, insentif dan sumber daya, serta motif manajerial. Disamping itu juga didorong oleh lingkungan internal (kinerja yang rendah, ketidakpastian aliran kas mendatang, dan semua pengurangan resiko) dan lingkungan eksternal (peraturan pemerintah,ketentuan pajak, atau aturan-aturan yang baru).

4.      Strategi level bisnis
Untuk dapat mencapai keunggulan bersaing, perusahaan harus melakukan evaluasi lingkungan ekternal, guna mengidentifikasikan peluang, ancaman, dan kemampuan sumber daya internal untuk menentukan kompetensi inti dan strategi yang akan diimplementasikannya, yang disebut dengan strategi level bisnis. Tipe strategi pada level bisnis ini disebut dengan strategi generik, yang terdiri dari:
  1. Cost Leadership (keunggulan biaya)
  2. Differentiation (diferensiasi/perbedaan)
  3. Focussed Low Cost (fokus pada biaya rendah)
  4. Focused Differentiation (focus pada diferensiasi) strategi level fungsional.
Penjabaran strategi pada level fungsional memegang peranan yang sangat menentukan atas berhasil tidaknya sasaran strategi bisnis yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan suatu penjabaran aktivitas yang sedetail mungkin atas strategi bisnis yang telah dicanangkan. Penjabaran tersebut selaian memudahkan kontrol dari manajer juga memudahkan bagian pelaksana untuk mengimplementasikan. Pada tingkat strategi fungsional yang cukup strategis adalah Fungsi produksi dan operasi yang meliputi,
  1. Fasiltas dan peralatan
  2. Sumber bahan baku
  3. Perencanaan dan pengendalian produksi
Fungsi pemasaran yang meliputi,
  1. Produk
  2. Harga
  3. Distribusi
  4. Promosi
fungsi keuangan yang meliputi
  1. Kebutuhan modal
  2. Alokasi modal
  3. Manajemen dividen dan modal
Fungsi sumber daya manusia yang meliputi
  1. Proses rekrutrmen dan orientasi
  2. Pengembangan karir dan pelatihan
  3. Kompensasi evaluasi, disiplin dan pengendalian
Manajemen strategi mempunyai beberapa dimensi atau bersifat multidimensional. Dimensi dimaksud adalah :
1.       Dimensi waktu dan orientasi masa depan
Manajemen strategi dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih massa depan.
Visi dapat diartikan sebagai ‘kondisi ideal yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi dimasa depan”. Sehubungan dengan hal diatas Lonnie Helgerson yang dikutip Salusu menyatakan bahwa “ Visi adalah gambaran kondisi masa depan dari suatu organisasi yang belum tampak sekarang tetapi merupakan konsepsi yang dibuat dibaca oleh setiap orang (anggota organisasi). Visi memiliki kekuatan yang mampu mengundang, memanggil, dan menyerukan pada setiap orang. untuk memasuki masa depan. Visi organisasi harus dirumuskan oleh manajemen puncak (pucuk pimpinan) organisasi”.
2.       Dimensi Internal dan Eksternal
Dimensi internal adalah kondisi organisasi non profit pada saat sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan renstra yang berjangka panjang. Analisis terhadap lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan operasional, lingkungan nasional dan lingkungan global (internal), yang mencakup berbagai aspek atau kondisi, seperti kondisi sosial politik,sosial ekonomi, social budaya, kependudukan, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, adat istiadat, agama dan lain-lain.
3.       Dimensi Pendayagunaan Sumber-Sumber
Sumber daya terdiri dari sumber daya material khususnya berupa sarana dan prasarana, sumber daya finansial dalam bentuk alokasi dana untuk setiap program dan proyek, sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan sumber daya informasi.
4.       Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak
Manajemen strategi yang dimulai dengan menyusun rencana strategi merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan, baik pada organisasi yang bersifat privat maupun publik. Rencana strategi harus mampu mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh pada eksistensinya dimasa depan merupakan wewenang dan tanggungjawab manajemen puncak, karena seluruh kegiatan merealisasikannya merupakan tanggungjawabnya sebagai pimpinan tertinggi, meskipun kegiatannya dilimpahkan pada organisasi atau satuan unit kerja yang relevan.
5.       Dimensi Multi Bidang
Setiap organisasi / perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan. Ini berarti organisasi (bisnis maupun publik) berusaha untuk mengurangi kelemahannya, dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Kemudian pengertian ini menunjuk pula untuk mengurangi efek negative yang ditimbulkan oleh ancaman-ancaman. Kemudian komponen pokok manajemen strategi adalah :
  1. Analisis lingkungan
  2. Analisis profil
  3. Strategi untuk mencapai tujuan organisasi (bisnis maupun publik) dengan memperhatikan
  4. Misi
Dengan demikian analisis lingkungan sangat penting dalam proses manajemen strategi, karena manajemen startegi bukan untuk melihat peluang-peluang (reaktif terhadap perubahan) tetapi penyusun manajemen strategi haruslah dilihat sebagai usaha untuk mengetahui sedini mungkin kekuatan dan kelemahan organisasi (bisnis/publik) agar organisasi mampu bertahan (survive) menghadapi perubahan lingkungan secara terus menerus.
Dengan demikian, analisis lingkungan bisnis hanya berusaha mengumpulkan dan menganalisis sejumlah variabel secara terbata (finite). Analisis lingkungan bisnis hendaknya tidak sampai terjerumus untuk berusaha menganalisis sebanyak mungkin variabel (infinite) lingkungan perlu dianalisis karena:
1)      Agar pembuat strategi dapat mengantisipasi setiap kesempatan dan membantu mengembangkan sistem pemecahan tujuan perusahaan/organisasi.
2)      Untuk dapat mengefektifkan proses manajemen strategi, karena dengan melakukan analisis lingkungan hasil yang akan diperoleh lebih efektif.
3)      Untuk membantu manajer dalam meramalkan dampak lingkungan terhadap perkembangan perusahaan. Terkumpulnya berbagai organisasi dari lingkungan memudahkan untuk membuat perencanaan jangka panjang Analisis lingkungan dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu :
a.        Menganalis hubungan antara strategi perusahaan dan tanggapan terhadap lingkungan yang dipakai sebagai landasan untuk membandingkan strategi yang sedang berjalan dengan strategi yang potensial yang akan datang.
b.       Menganalisis kecenderungan faktor dan masalah utama yang potensial yang akan datang.
Pada dasarnya struktur lingkungan dapat dibagi atau dibedakan menjadi dua elemen utama, yaitu :
Ƙ  Lingkungan eksternal (Makro)
Ƙ  . Lingkungan internal (Mikro)

F.     PERENCANAAN STRATEGIS
Kegiatan pokok perencanaan strategis terdiri dari 4 (empat) elemen pokok:
1.       Environmental scanning (Adaptasi terhadap lingkungan )
2.       Strategi formulation (Formulasi Strategi)
3.       Strategi implementation (pelaksanaan Strategi)
4.       Evaluation dan control (Telaah dan Pengawasan)
Pilar strategi dalam organisasi Pemda (Moore, 1995:71)
a.       Secara mendasar bernilai (substantively valuable); Pemda harus menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi lembaga pengawas, pengguna jasa (klien), dan masyarakat dengan biaya murah
b.      Absah dan secara politis dapat diterima (legitimate and politically sustainable); Pemda harus bisa mendapatkan mandat maupun dana serta bertanggungjawab terhadap institusi politik yang ada
c.       Secara operasional dan administrative dapat dilaksanakan (operationally and administratively feasibel); kewenangan dan kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam organisasi yang ada atau dengan bantuan pihak-pihak lain yang membantu organisasi Pemda.

G.    IMPLEMENTASI STRATEGI
Program; aktivitas atau langkah-langkah yang disusun secara sistematis sebagai penjabaran dari strategi. Anggaran; gambaran rinci tentang sumber dana yang dibutuhkan dan bagaimana penggunaannya.
Prosedur; sering disebut SOP, sistem dari langkah atau teknik yang berurutan tentang bagaimana suatu pekerjaan atau tugas dikerjakan
Standar Kinerja; ukuran target bersifat kuantitatif maupun kualitatif dari program yang dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan atau pencapaiannya. Hubungan antar tingkat akhir (tujuan & sasaran) dengan alat pencapaiannya (strategi dan taktik) tidaklah mudah. Keberadaan manajemen strategi tidak untuk mendikte tujuan, sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang tersedia, ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam usaha pencapaian tujuan dalam perencanaan manajemen strategi antara lain :
1.       Efektif dan efesiensi
Manajemen strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang di inginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa strategi tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti. Sebaliknya taktik adalah tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan sepenuhnya berada dibawah pengawasan pelaku. Kebalikan dari strategi, taktik adalah internal dan kriteria yang digunakan bukanlah keefektifan melainkan efesiensi.
2.       Keputusan dan Emplementasi
Keputusan manajemen strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial. Keputusan strategi harus dapat mencapai tujuannya. Aturan dalam manajemen strategi persaingan :
ƀ      Proses berfikir yang mendahului tindakan
ƀ      Pengetahuan mengenai jumlah merupkan kunci penting
ƀ      Menejemen strategi tindakan yang dilakukan dengan cepat akan mendominasi yang lambat.
ƀ      Kemenangan harus menunjukkan nilai dari tujuan
ƀ      Menyerang hanya terhadap yang dapat diserang
ƀ      Bertahan adalah bentuk terkuat dari persaingan
ƀ      Superioritas dalam faktor persaingan yang mendasar adalah segalanya
ƀ      Tidak terkalahkan adalah merupakan pertahanan yang sebenarnya
ƀ      Menajemen strategi membutuhkan pengembangan kekuatan yang unik
3.       Pertumbuhan dan Struktur Organisasi
Tahap implementasi strategi memerlukan pertimbangan dalam penyusunan struktur organisasi, karena keselarasan struktur dengan strategi merupakan satu hal yang penting untuk tercapainya implementasi strategi. Pertumbuhan organisasi terjadi kala skala organisasi berkembang. Pertumbuhan yang terjadi bisa vertical dan bisa juga horizontal. Pertumbuhan organisasi menghasilkan berbagai bentuk struktur organisasi seperti stuktur fungsional, divisional geografis, organisasi unit bisnis, organisasi matrik dan struktur organisasi horizontal. Masing-masing struktur tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
4.       Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi, yang diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang membedakan sebuah organisasi lainnya.

H.    STRATEGI PRODUK
Penetapan Harga Produk: Tujuan dan Kebijakan Penetapan Harga
Meskipun peranan faktor-faktor non-harga semakin meningkat dalam proses pemasaran modern, harga tetap merupakan elemen penting an tahap penting dalam pemasaran yang diwarnai dengan persaingan monopoli atau olgopoli.
Dalam menetapkan harga pada sebuah produk, perusahaan mengikuti prosedur enam langkah, Yaitu:
  1. Perusahaan dengan hati-hati menyususn tujuan-tujuan pemasarannya, misalnya mempertahankan hidup, meningkatkan laba saat itu, ingin memenangkan bagian pasar, atau kualitas produk.
  2. Perusahaan menentukan kurva permintaan yang memperlihatkan kemungkinan jumlah produk yang akan terjual per periode, padaa tingkat-tingkat harga alternatif. Permintaan yang semakin tidak-elastis, semakin tinggi pula harga yang bisa dipasang oleh perusahaan.
  3. Perusahaan memperkirakan bagai mana biaya akan bervariasi pada tingkat produksi yang berbeda-beda.
  4. Perusahaan mengamati harga-harga para pesaing sebagai dasar untuk meneapkan harga mereka sendiri.
  5. perusahaan memilih salahsatu dari metoda penetapan harga berikut ini: penetapan harga biaya-plus, analis pulang-pokok dan penetapan laba sasaran, penetapan harga nilai yang diperoleh, penetapan harga yang sesuai dengan laju perkembangan dan penetapan harga dalam sampul tertutup.
  6. Perusahaan memiliki harga final, menyatakannya dalam cara psikologis yang paling efektif dan mengeceknya untuk menyakinkan bahwa harga tersebut sesuai dengan kebijakan penetapan harga perudahaan serta sesuai pula dengan para penyalur, grosir, wiraniaga perusahaan, pesaing, pemasok dan pemerintah.
Penetapan Harga Produk: Strategi Penetapan Harga
Perusahaan menerapkan bermacam-macam strategi penetapan harga atas harga dasar:
  • penetapan harga geografis, dimana perusahaan tersebut memutuskan bagai mana memasang harga bagi pembeli yang jauh, dengan memilih salah satu dari berbagai alternatif seperti penetapan harga FOB, penetapan harga pengiriman seragam, penetapan harga wilayah, penetapan harga titik-pangkalan, dan penetapan harga absorsi angkutan
  • Penetapan harga potongan dan hadiah, dimana perusahaan tersebut memberi potongan tunai, potongan jumlah, potongan fungsional, potongan musiman, dan hadiah.
  • Penetapan harga promosi, dimana perusahaan tersebut memutuskan untuk memasang hrga barang yang dirugikan, penetapan harga kesempatan-khusus dan potongan tunai.
  • Penetapan harga diskriminasi dimana perusahaan memasang harga yang berlainan berdasarkan pertimbangan pembeli, bentuk produk, tempat, dan waktu yang berbeda-beda.
  • Penetapan harga produk baru, dimana perusahaan tersebut memutuskan antara memperkenalkan sebuah inovasi produk yang dilindungi hak paten dengan harga lintas pasar dan harga tembus pasar. Perusahaan itu menentukan salahsatu dari sembilan strategi harga/kualitas untuk memperkenalkan sebuah produk tiruan.
  • Penetapan harga bauran produk, di mana perusahaan itu menentukan tingkat harga untuk beberapa produk dalam satu lini produk, dan penetapkan harga produk-produk pilihan, produk penawan, dan produk sampingan.
Bila sebuah perusahaan mempertimbangkan untuk memulai perubahan harga, perusahaan itu harus secara hati-hati mempertimbangkan reaksi-reaksi pembeli dan pesaing. Reaksi pembeli dipengaruhi oleh mekna yang diliha pembeli sehubungan dengan perubahan harga. Reaksi-reaksi pesaing berasal baik dari seperangkat kebijakan reaksi atau dari tafsiran baru teerhadap setiap situasi. Perusahaan yang memprakasai perubahan harga juga harus meramalkan reaksi yang mungkin timbul dari para grosir, penyalur, dan pemerintah.
Perusahaan yang menghadapi perubahan harga yang diprakasai oleh seorang pesaing harus mencoba memahami maksud pesaing tersebut dan jangka waktu perubahan. Jika dibutuhkan kecepatan reaksi, perusahaan itu harus merencanakan lebih dahulu reaksi-reaksinya atas berbagai kemungkinan tindakan harga.
Tip 1 # Cring   !           Cring!Keindahan Musik Para Marketer
Cring merupakan sebuah sinonim untuk mendapatkan pendapatan. Ia adalah suara yang didengar penghasil keuntungan manakala transaksi dilakukan. Cring merupakan apa yang diharapkan penjual ketika hendak memasang iklan. Cring merupakan apa yang didengar oleh pengecer, pembuat film, promoter konser di atas keriuhan desakan orang. Supermarketer mengetahui kata-kata, menyanyikan dan menari mengikuti irama lagu favorit para marketer….“Saya tidak pernah menganggapnya serius apapun bila tidak menghasilkan bunyi cring, cring, cring….”
Tip2 # Pahami Betul Definisi Pemasaran
Pengertian yang cukup panjang tentang pemasaran adalah identifikasi, daya tarik, mendapatkan dan memelihara hubungan yang baik dengan para konsumen secara salingmenguntungkan.
Identifikasi, daya tarik dan mendapatkan sesuatu merupakan fungsi pra penjualan. Sebagai contoh, penelitian pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat identifikasi. Pengiklanan, pengemasan dan tata ruang yang rapid an bersih merupakan kegiatan yang bersifat memikat dan memberikan daya tarik. Penjualan, pendistribusian, penentuan harga, kualitas produk, senyuman pramu niaga merupakan kegiatan untuk mendapatkan. Fungsi – fungsi pasca penjualan, seperti pengiriman, pengajuan rekening, penagihan, layanan konsumen, jaminan perbaikan dan sapaan terima kasih merupakan fungsi untuk memelihara dan mempertahankan hubungan. Pengertian tentang pemasaran cukup sederhana. Melakukan pemasaran itu sendiri yang sulit.
Tip 3 # Perusahaan Pemasaran No. 1
Perusahaan pemasaran mengetahui semua nilai uang konsumen. Mereka menempatkan nilai waktu dalam hubungan dengan konsumen. Sebagai contoh, jika seorang wanita atau pria menghabiskan $45 setiap tiga minggu di salon kecantikan dan jika konsumen ditangani dengan baik dan puas tentu bisa diharapkan konsumen bertahan selama tiga tahun, maka nilai keuntungan pemilik salon yang diperoleh dari wanita tersebut sebesar $ 2,340 setiap kali ia melayani konsumen. Itulah mengapa toko grosir yang mungil, dealer mobil, perusahaan penerbangan, pabrik perlengkapan mesin, pialang saham dan penghasil baja dengan gembira dan penuh semangat menaruh perhatian terhadap para konsumen mereka. Dealer mobil yang nekad dan pembuat lemari dapur yang ceroboh melihat penjualan sebagai tujuan akhir hubungan dengan konsumen.
Perusahaan – perusahaan pemasaran ternama yang mengejar saham pasar yang diperolehnya dengan gigih dan ulet serta berkesinambungan. Namun mereka mengetahui bahwa saham pasar merupakan fungsi pemasaran yang dapat ditembus dan meyakinkan. Saham pasar merupakan titik masuk ke dalam papan angka.
Tip 4 # Gunakan Tujuh Pemacu Pertumbuhan
Terdapat tujuh pemacu yang mengembangkan jalur utama yang mengembangkan pendapatan, yang membuat berderingnya mesin register kas. Antara lain:
1.       Kenalilah produk-produk baru dan lakukan inofasi
2.       Tambahkan konsumen pemakai akhir yang baru dalam pasar yang berlangsung pada saat ini, dalam pasar-pasar baru dan dalam wilayah geografis yang baru.
3.       Lakukan penjualan aplikasi-aplikasi baru dari produk-produk yang ada kepada para konsumen saat ini
4.       Batasi pengurangan konsumen
5.       Tingkatkan harga
6.       Antisipasi bagi meningkatnya permintaan pasar
7.       Lakukan akuisisi perusahaan
Tip 5 # Anda Harus Mencintai Merek Anda
Supermarketer adalah pengawal merek dagang. Anda mengawal dan memelihara image merek danga, modal, harapan dan masa depan. Anda harus percaya dengan bagaimana merek dagang anda berarti bagi para konsumen. Anda harus memahami dan menghargai warisan merek dagang anda.
Tip 6 # Jangan Obral Nomor Telepon Anda
Adalah lebih efektif untuk menandai nama perusahaan anda, kota dan Negara anda dan jalur iklan yang baik Terdapat pengecualian terhadap ketentuan ini. Jika kendaraan anda memberikan layanan konsumen setiap hari atau secara teratur dan layanan yang diberikan secara local, seperti layanan taksi, adalah benar.
Tip 7 # Jangan Terseret Permainan Trio Yang Buruk
Slogan iklan menggunakan 3 kata yang buruk :
1.      “Kita. “Siapa “Kita”?  di dunia bisa menjadi pengiklan. Tidak ada suatu perusahaan ada nama merek dagang yang dicantumkan. Tidak ada pengakuan merek dagang
2.      “Kita semua.” Apakah “Kita semua” digunakan sebagai pengganti dari “ sebagian dari kita”? atau apakah perusahaan yang tidak dikenal(“kita”) menerima sebagian dari kita (“kita semua’) membuka diri bagi kontribusi mereka ( “perbedaan”) dengan umat manusia?
3.      “Buatlah perubahan.” Dan apakah, oh Tuhan, berikan kami kekuatan, menghasilkan perbedaan “ yang kami semua lakukan?” dan apa yang harus dilakukan terhadap produk perusahaan?
Tip 8 # Jangan Kirimkan Catatan Tebusan
Tempelkan setiap sample atau foto atau pengulangan kata yang sangat berdekatan terhadap satu sama lain pada papan-papan poster yang besar. Seperti apa susunan tersebut yang bisa dilihat secara visual? Apakah terdapat warna – warni, ilustrasi, gambar-gambar, tipe, tata -letak, pesan-pesan , corak salinan dan logo-logo sesuai dan harmonis, yang menggambarkan pandangan yang terpadu? Atau apakah papan poster anda tampak seperti catatan tebusan yang masih amatiran; pesan bisa dipahami, namun orang berkomunikasi campur aduk antara huruf dan grafik?
Tip 9 # Jangan Pernah Menggunakan Kata – Kata Jelek Dalam Periklanan atau Penjualan
Setiap orang mengetahui kata-kata yang baik untuk digunakan dalam iklan: “ Baru, bebas, cobalah, anda, temukan, memperkenalkan, kini.” Namun tidak setiap orang mengetahui kata –kata yang buruk dalam iklan maupun penjualan atau mereka tidak akan menggunakannya. Sembilan puluh sembilan persen dari waktu di saat kata-kata yang buruk digunakan, tidak memiliki arti sama sekali.
Tip 10 # Jangan Pernah Menggunakan Iklan – Tiga – Halaman Lebar atau Bagaimana Menghabiskan Uang Pemegang Saham
Disaat anda baca surat kabar atau majalah ternama dan berhadapan dengan tiga halaman iklan lebar yang disponsori oleh perusahaan pemasaran usaha skala besar, aroma yang anda rasakan bukanlah kertas koran yang segar; melainkan aroma uang dihamburkan. Para pengiklan ini menghamburkan dana pemegang saham. Tak seorang pun yang membaca iklan demikian. Dana yang diinvestasikan dalam membuat iklan dan membeli media masuk ke tempat sampah…bersama surat kabar lama. Ada satu pengecualian. Sebagian konsumen akan membaca iklan tiga halaman bagi pendirian toko ritel, dimana iklan mencantumkan sejumlah produk yang dijual.

I.       KOMUNIKASI EFEKTIF
Seperti darah, bagi suatu organisasi komunikasi yang efektif sangat penting, dan miskomunikasi akan memberi kontribusi yang dapat disamakan dengan rusaknya sistim peredaran darah dalam lebih dari satu sistim organisasi. Sesuatu yang nampaknya sederhana, seperti lokasi fisik tempat bekerja ternyata mampu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap proses keberhasilan komunikasi. Tanpa komunikasi yang efektif diantara berbagai pihak yang terlibat didalamnya, pola hubungan dalam suatu organisasi tidak akan mampu melayani kebutuhan berbagai pihak dengan baik.
Komunikasi yang efektif penting bagi para manajer karena tiga alasan utama. Pertama, komunikasi menyediakan saluran umum untuk proses manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan. Manajer mengembangkan rencana lewat komunikasi dengan orang lain dalam organisasi dan mengorganisasikan untuk melaksanakan rencana tadi dengan berdialog dengan para karyawannya mengenai cara terbaik untuk mendistribusikan wewenang dan desain pekerjaan. Manajer mengetahui bahwa kebijakan yang menimbulkan motivasi, kepemimpinan, dan mengelompokan serta membentuk tim diaktifkan lewat pertukaran informasi secara teratur.
Kedua, ketrampilan komunikasi yang efektif dapat membuat manajer menggunakan berbagai bakat yang tersedia dalam dunia multibudaya dari organisasi. Globalisasi bisnis pasti menempatkan tantangan bagi kemampuan berkomunikasi manajer. Ketika manajer mempunyai kebiasaaan dan ekspresi serta arti yang mungkin tampak amat asing, mereka mungkin tergoda untuk mengelak dan menghindar untuk mencoba berkomunikasi. Itu kemungkinan merupakan peluang yang hilang. Komunikasi, seperti aktifitas intelektual lain, dapat diasah dengan menghadapi keadaan yang baru dan menantang. Organisasi dapat merupakan wahana yang tepat untuk mempelajari hal itu.
Ketiga, ternyata manajer menghabiskan banyak waktunya untuk berkomunikasi. Jarang sekali kita menjumpai manajer sendirian dimejanya berpikir, membuat rencana, atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Kenyataannya, waktu manajerial banyak dihabiskan dalam komunikasi bertatap muka, elektronik, atau lewat telepon dengan karyawan, supervisor, pemasok, atau pelanggan.
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik. Pesan sendiri merupakan suatu informasi yang sudah disandikan dan dikirimkan oleh pengirim kepada penerima.
Di sini terdapat tiga butir penting yaitu (1) komunikasi melibatkan orang, dan bahwa memahami komunikasi termasuk mencoba memahami cara manusia saling berhubungan, (2) komunikasi meliputi “kesamaan makna”, yang berarti bahwa agar manusia dapat berkomunikasi, mereka harus menyetujui definisi istilah yang dipergunakan, dan (3) komunikasi termasuk simbol (gerakan badan, suara, huruf dan angka) dan kata hanya dapat mewakili atau mendekati ide yang mereka maksudkan untuk dikomunikasikan.
Proses Komunikasi
Komunikasi terjadi dalam hubungan antara pengirim dengan penerima. Komunikasi dapat mengalir dalam satu arah dan berakhir di sana. Atau sebuah pesan dapat menimbulkan respon (yang secara formal dikenal dengan sebutan “umpan balik”) dari penerima.
Pengirim (sumber pesan) merupakan pihak yang mengawali komunikasi. Dalam sebuah organisasi, pengirim dapat berupa seseorang dengan informasi, kebutuhan, atau keinginan dan dengan tujuan mengkomunikasikannya kepada satu atau beberapa orang lain.
Penerima adalah orang yang inderanya menerima pesan dari pengirim. Mungkin terjadi jumlah penerima banyak, seperti kalau sebuah memo dikirimkan kepada seluruh anggota organisasi, atau hanya satu orang, seperti kalau seseorang mendiskusikan sesuatu secara rahasia kepada seorang rekan. Pesan harus disesuaikan dengan latar belakang penerima. Manajer produksi seyogyanya menghindari penggunaaan istilah yang sangat teknis dalam berkomunikasi dengan seseorang di departemen pemasaran.
Dari rangkaian pengertian tersebut, “bila pesan tidak sampai kepada penerima, maka komunikasi belum terjadi”. Di sisi lain, kerap terjadi situasi dimana pesan sudah sampai kepada penerima, tetapi penerima tidak mampu memahaminya. Tiga faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi meliputi penyandian, pengartian dan gangguan.
a)       Penyandian
Penyandian terjadi ketika pengirim menterjemahkan informasi untuk dikirimkan menjadi serangkaian simbol. Penyandian itu diperlukan karena informasi hanya dapat dikirimkan dari seseorang kepada orang lain lewat perwakilan atau simbol. Karena komunikasi merupakan obyek dari penyandian, pengirim berusaha menetapkan arti “yang dapat dipahami bersama” dengan penerima dengan cara memilih simbol, biasanya dalam bentuk kata atau gerakan tubuh, yang dipercaya oleh pengirim mempunyai arti yang sama dengan penerimanya. Kerap dijumpai, kurangnya kerjasama adalah merupakan salah satu penyebab umum dari salah pengertian atau kegagalan dalam berkomunikasi.
b)      Pengartian
Merupakan proses yang dilakukan oleh penerima untuk menginterprestasikan pesan dan menterjemahkannya ke dalam informasi yang mempunyai arti. Ini merupakan proses dua langkah, yaitu (1) menerima pesan, dan kemudian (2) mengartikannya. Pengartian dipengaruhi oleh pengalaman penerima, penilaian pribadi mengenai simbol dan gerakan tubuh yang dipakai, harapan (orang cenderung mendengar apa yang ingin mereka dengar), dan kesamaan arti dengan pengirimnya. Secara umum, semakin banyak pengartian penerima yang sama dengan pesan yang dimaksud oleh pengirim, semakin efektif komunikasi.
c)       Gangguan
Meliputi segenap faktor yang mengganggu, membingungkan, atau mencampuri komunikasi. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi, atau metode pengiriman. Gangguan dapat terjadi karena faktor internal (misalnya penerima kurang mengindahkan) ataupun faktor eksternal (misalnya pesan terganggu oleh suara lain dari lingkungan. Gangguan dapat terjadi pada tahap manapun dari proses komunikasi, terutama pada tahap penyandian dan pengartian.
Memperbaiki Proses Komunikasi
Efektifitas komunikasi dapat dideteksi melalui “sampai seberapa jauh pihak-pihak yang terlibat menangani empat aspek komunikasi” yang meliputi : perbedaan persepsi, emosi, ketidakkonsistenan antara komunikasi verbal dan non-verbal, dan kepercayaan (maupun ketidakpercayaan) awal antara pihak yang terlibat.
a.       Perbedaan Persepsi
Merupakan salah satu hambatan komunikasi yang lazim dijumpai. Orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan dan pengalaman berbeda kerap menerima fenomena sama dari prespektif yang berbeda.
Perbedaan bahasa sering berkaitan dengan perbedaan dalam persepsi individu. Agar suatu pesan dapat dikomunikasikan secara tepat, kata-kata yang dipergunakan harus mempunyai arti yang sama bagi pengirim maupun penerima.
Untuk mengatasi hal tersebut, pesan harus dijelaskan sehingga dapat dipahami oleh penerima yang mempunyai pandangan dan pengalaman berbeda.
b.      Emosi
Reaksi emosional (seperti marah, cinta, mempertahankan opini, cemburu, takut, malu, dan lain-lain) akan berpengaruh terhadap cara orang memahami pesan dari orang lain dan cara orang lain memahami pesan orang tersebut. Pendekatan terbaik untuk berhubungan dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi dan mencoba memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
c.       Ketidakkonsistenan
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa bahasa lisan dan tertulis merupakan medium utama komunikasi. Pada kenyataannya, pesan yang dikirimkan maupun diterima kerap dipengaruhi oleh faktor non-verbal seperti gerakan tubuh, pakaian, jarak fisik pelaku komunikasi, postur tubuh, gerakan anggota badan, ekspresi wajah, gerakan mata, sentuhan badan, dan lain-lain.
Kunci untuk mengatasinya adalah dengan mewaspadainya dan berjaga-jaga agar tidak mengirimkan pesan palsu. Untuk itu pesan verbal haruslah selalu selaras dengan aspek non-verbalnya.
d.      Ke(tidak)percayaan awal
Tingkat kepercayaan penerima pesan pada umumnya merupakan fungsi kredibilitas dari pengirim dalam benak penerima pesan tersebut. Kredibilitas pengirim pesan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dalam konteks yang bersangkutan mengirimkan pesan. Disinilah sejarah hubungan kerja mempunyai hubungan komunikasi.
Kredibilitas merupakan hasil dari proses jangka panjang yang mana kejujuran seseorang, niat baik dan keadilan dikenal dan dipahami oleh orang lain. Hubungan yang baik dalam bekomunikasi hanya dapat dikembangkan melalui tindakan yang konsisten.
Komunikasi dalam Organisasi
Keseluruhan faktor yang telah dibahas dalam hubungan dengan komunikasi antar pribadi juga berlaku untuk komunikasi dalam organisasi, yang juga mencakup penyampaian pesan secara akurat dari satu orang kepada satu atau lebih orang lain. Selain faktor-faktor tersebut, struktur, wewenang, desain pekerjaan organisasi, dan lain-lain merupakan faktor-faktor unik yang turt berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi, sebagai mana dinyatakan oleh Simon (1977) bahwa “organisasi perlu untuk membantu manusia berkomunikasi”.
Komunikasi yang terbuka dan efektif akan merupakan aset berharga bagi organisasi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi organisasi.
Lesikar menguraikan adanya empat faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi organisasi yaitu meliputi :
  1. Saluran komunikasi formal. Merupakan cara komunikasi yang didukung, dan mungkin dikendalikan oleh manajer. Contohnya adalah newsletter, memo reguler, laporan, rapat staf, dan lain-lain.
  2. Struktur wewenang. Perbedaan status dan kekuasaan dalam organisasi membantu menentukan siapa yang akan berkomunikasi dengan enak kepada siapa. Selain itu, isi dan akurasi komunikasi juga dipengaruhi oleh perbedaan wewenang.
  3. Spesialisasi pekerjaan. Biasanya akan mempermudah komunikasi dalam kelompok yang berbeda-beda. Anggota suatu kelompok kerja biasanya memiliki jagron, pandangan mengenai waktu, sasaran, tugas dan gaya pribadi yang sama.
  4. Kepemilikan informasi, Setiap individu mempunyai informasi yang unik dan pengetahuan mengenai pekerjaan mereka, yang merupakan semacam kekuasaan bagi individu-individu yang memilikinya.
Komunikasi vertical
Terdiri dari komunikasi ke atas dan ke bawah melalui rantai organisasi. Dalam beberapa perusahaan, tersedia saluran khusus sebagai sarana tambahan. Saluran ini banyak dipergunakan untuk memberi tahu manajer mengenai situasi yang melibatkan karyawan, seperti pernyataan tanpa bukti mengenai pelecehan seksual.
Komunikasi ke bawah biasanya disaring, dimodifikasi, atau dihentikan di setiap tingkat ketika manajer memutuskan apa yang seharusnya diteruskan kepada karyawan mereka. Sedangakn komunikasi ke atas biasanya sisaring, dipadatkan, atau diubah oleh manajer menengah yang melihatnya sebagai bagian dari pekerjaan mereka untuk melindungi manajer tingkat atas dari data yang tidak penting/relevan.
Komunikasi lateral dan informal
Komunikasi ini pada umumnya mengikuti pola arus pekerjaan dalam sebuah organisasi, terjadi antar anggota kelompok kerja, antara kelompok kerja, antar anggota departemen yang berbeda, dan antara karyawan lini dan staf. Tujuan utamanya adalah menyediakan saluran langsung untuk koordinasi dan memecahkan masalah. Dengan cara ini, dapat dihindari prosedur yang jauh lebih lambat yaitu mengarahkan komunikasi lewat rantai komando. Keuntungan tambahan lainnya adalah anggota organisasi menjadi mampu untuk membentuk hubungan dengan rekan sekerja.
Komunikasi oleh Organisasi
Organisasi juga memperhatikan pesan yang dikirimkannya kepada pihak yang berkepentingan di luar, seperti pelanggan, pemasok, distributor, pesaing, perbankan, dan lain-lain, terutama dengan pihak di luar negeri. Terlalu banyak komunikasi dalam hal ini dapat sama merugikannya dengan terlalu sedikit. Tim komunikasi (pada umumnya representasikan oleh departemen kehumasan) harus bekerja keras untuk mengatasi perbedaan dalam peradaban maupun budaya tiap-tiap negara asal pihak-pihak yang berkepentingan berasal.
Negosiasi dan Konflik
Konflik melibatkan ketidaksepakatan mengenai alokasi sumberdaya yang jarang atau pertentangan mengenai sasaran, nilai, persepsi, atau kepribadian. Banyak konflik yang muncul dari komunikasi mengenai keinginan, kebutukan dan penilaian terhadap pihak lainnya. Manajer dapat menggunakan dominasinya dan menekan dalam menangani konflik dengan karyawan. Tetapi negosiasi akan membantu menangani konflik dari type apapun lebih efektif dan memberi hasil yang memuaskan kedua belah pihak. Negosiasi adalah merupakan proses interaksi kedia pihak lewat berbagai saluran komunikasi untuk menyelesaikan konflik.
Negosiasi adalah proses komunikasi yang amat penting. Ini merupakan bagian dari pekerjaan setiap manajer, seperti peran antar pribadi menurut kategori Mintzberg.
Menurut Lewicki dan Litterer, seluruh “situasi negosiasi” ditentukan oleh tiga karakteristik yaitu:
  1. Ada “konflik kepentingan” antara dua pihak atau lebih, yang berarti apa yang diinginkan oleh suatu pihak tidak selalu merupakan apa yang dikehendaki oleh pihak lain.
  2. Mungkin “tidak ada peraturan yang pasti” atau prosedur untuk menyelesaikan konflik, atau pihak-pihak tersebut memilih bertindak di luar peraturan dan prosedur untuk menemukan penyelesaiannya sendiri terhadap konflik.
  3. Semua pihak, sekurang-kurangnya pada suatu saat, lebih senang “mencari persetujuan” daripada bertentangan secara terbuka, menyerah kepada satu pihak, memutuskan hubungan secara permanen, atau membawa perselisihan mereka kepada pemegang wewenang yang lebih tinggi untuk mendapatkan pemecahan.
Negosiasi adalah proses komunikasi yang kompleks, semuanya semakin jelas kalau satu babak negosiasi hanya merupakan episode hubungan dalam jangka yang lebih panjang. Keadaan seperti itu seringkali merupakan kasus dalam hubungan karyawan dengan pihak manajemen.
Persiapan merupakan perhatian kunci bagi negosiator. Persiapan tersebut harus menyertakan tinjauan proses negosiasi yang terjadi sebelumnya dan hasil dari negosiasi tersebut. Negosiator mengambil resiko cukup besar bila dia beranggapan bahwa sejarah tidak penting bagi pihak lain.
Kaitan antara hubungan dengan waktu dalam proses negosiasi sangatlah masif. Strategi organisasi dan rencana fungsional akan berfungsi sebagai pedoman dan nilai ambang yang menentukan batas mengenai apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh negosiator.
J.      IMPLEMENTASI STRATEGI
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang. 
Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem satu kesatuan yang memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah Pelaksanaan Operasional dengan unsur-unsurnya adalah sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik
Formulasi Strategi vs Implementasi Strategi
Proses manajemen strategik belum dapat dikatakan selesai ketika  perusahaan memutuskan strategi apa yang akan ditempuh. Perusahaan masih harus menterjemahkan rumusan  strategi tersebut ke dalam tindakan strategik. Kita harus selalu ingat bahwa  sebaik apapun rumusan strategi,  hanya  akan menjadi   retorika belaka jika tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat mencapai tujuan secara optimal, maka selain harus mampu merumuskan strategi, perusahaan juga harus mampu mengimplementasikan strategi tersebut secara efektif. Jika salah satu “langkah” tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka tidak mustahil perusahaan akan memetik kegagalan. Bahkan, rumusan strategi yang sempurna sekalipun hanya akan memberikan kontribusi yang minim bagi pencapaian tujuan perusahaan jika tidak mampu diimplementasikan dengan baik.
Banyak perusahaan atau organisasi yang banyak menghamburkan sumberdayanya (uang, waktu, tenaga) untuk mengembangkan rencana strategik yang “ampuh”. Namun kita harus ingat bahwa perubahan hanya akan terjadi melalui suatu action (implementasi), bukan sekedar perencanaan. Rumusan strategi yang secara teknis kurang sempurna jika diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil yang lebih baik dibandingkan dengan  rumusan strategi yang sempurna namun hanya “ di atas kertas”. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian pada 31 industri manufaktur di mana hasilnya menunjukkan bahwa kinerja yang diperoleh perusahaan tidak  sekedar ditentukan oleh strategi yang dimiliki, namun lebih disebabkan karena efektivitas perusahaan dalam mengimplementasikan strategi tersebut.
ada berbagai kemungkinan yang terjadi antara formulasi strategi dengan implementasi strategi, yaitu :
1.      Succes : Merupakan hasil yang paling diidamkan-idamkan oleh setiap perusahaan. Situasi ini dapat terjadi jika  formulasi strategi perusahaan disusun dengan baik begitu juga dalam implementasinya. 
2.      Trouble : Merupakan situasi di mana perusahaan menyusun   formulasi strateginya dengan baik  namun
3.      implementasinya buruk.
4.      Roulette : Merupakan situasi di mana perusahaan kurang baik dalam memformulasi strateginya, namun perusahaan melakukan implementasi yang cukup baik.
5.      Failure :  kondisi ini sangat tidak dinginkan oleh perusahaan. Hal ini terjadi karena strategi perusahaan tidak diformulasikan dengan baik, demikian juga dalam implementasinya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara formulasi strategi dengan implementasi strategi.   Meskipun berhubungan, secara fundamental antara formulasi strategi dengan implementasi strategi terdapat perbedaan. Fred R. David (2005) membedakan antara formulasi strategi dan implementasi strategi sebagai berikut.

FORMULASI STRATEGI
IMPLEMENTASI STRATEGI
1. Perumusan strategi adalah
    memposisikan  kekuatan sebelum
    dilakukan tindakan
1. Implementasi strategi adalah
    mengelola  kekuatan yang “me-
    manage” semua aspek selama
    tindakan dijalankan
2. Berfokus pada efektivitas
2. Berfokus pada efisiensi
3. Lebih merupakan proses intelektual
3. Lebih merupakan proses operasional
4. Membutuhkan keahlian intuitif dananalisis yang tajam
4. Membutuhkan motivasi khusus dan
    keahlian kepemimpinan
5. Membutuhkan koordinasi diantara beberapa individu
5. Membutuhkan koordinasi diantara
    banyak individu
Dalam penggunaan konsep dan alat perumusan strategi, sebenarnya tidak ada perbedaan secara signifikan antara organisasi kecil, besar, organisasi yang orientasi laba maupun nirlaba. Namun demikian, dalam implementasi strategi, ada perbedaan secara signifikan yang didasarkan atas tipe dan ukuran organisasi. Implementasi strategi membutuhkan tindakan-tindakan seperti: perubahan struktur organisasi, alokasi sumberdaya, program kompensasi, merubah strategi harga, budaya perusahaan, membuat sistem informasi manajemen yang lebih baik, dan sebagainya.
Berbagai Problem dalam Implementasi Strategi
Seperti dikutip Hunger (1995) terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan yang masuk daftar Fortune 500menunjukkan bahwa setengah dari perusahaan-perusahaan tersebut menemui 10 macam problem   ketika   mengimplementasikan sebuah strategi perubahan. Berikut adalah kesepuluh problem tersebut yang disusun   berdasarkan tingkat frekuensi kejadian.
1.      Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan perencanaan awalnya
2.      Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga
3.      Koordinasi dalam implementasi tersebut  tidak efektif
4.      Perusahaan   memberi perhatian yang berlebihan terhadap aktivitas persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang memperhatikan implementasi yang harus dijalankan
5.      Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi kurang
6.      Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah kurang memadai
7.      Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal
8.      Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer departemen kurang memadai
9.      Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci
10.  Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki perusahaan kurang memadai.