1. Profil Uni Emirat Arab (UEA)
-
Ibu Kota : Abu Dhabi
-
Letak
:
Astronomis:
26,08 ° LU - 22,5 ° LU dan 55,5 ° BT - 58,37 ° BT.
Geografis:
Barat daya Asia dan
dikelilingi Teluk Oman dan
Teluk Persia, antara
Oman dan Arab
Saudi
Berbagi
perbatasan 530-kilometer dengan Arab Saudi di barat, Selatan, dan Tenggara, dan
450 kilometer perbatasan dengan Oman di tenggara dan timur
laut. Perbatasan darat dengan Qatar di daerah Saluran air Khawr al
Udayd adalah sekitar sembilan belas kilometer di barat laut; Namun,
itu adalah sumber berkelanjutan sengketa.
-
Bentuk Negara
:
Bentuk
negara Uni Emirat Arab adalah Federasi
yang terdiri atas 1 pemerintah pusat dan 7 negara federal,
yaitu:
1.
Abu Dhabi
2.
Ajman
3.
Dubai
4.
Fujairah
6.
Sharjah
-
Total area :
Total
area Uni Emirat Arab sebesar 82.880
km2.
-
Populasi :
Populasi
penduduknya sebesar 3,6 juta jiwa, dengan rincian
864.000 penduduk pribumi dan 3,6 juta ekspatriat
-
Sistem
Pemerintahan:
Berdasar Konstitusi UEA pada Bab IV pasal 45
menyatakan bahwa lembaga tinggi negara federasi UEA terdiri dari : Federal
Supreme Council (FSC), Presiden, Council of Ministers (Dewan Mentri), Federal
National Council (Parlemen), Federal Judiciary (Supreme Court à semacam
Mahkamah Agung).
-
Konstitusi:
Konstitusi UEA.
Konstitusi UEA.
2.
Sejarah
Sejarah Uni Emirat Arab (UEA) berawal dari perdagangan dan
kedatangan Islam ke wilayah tersebut pada tahun 630 Masehi. UEA terletak
di Barat daya Asia dan dikelilingi Teluk Oman dan Teluk
Persia, antara Oman dan Arab Saudi; Letaknya di lokasi
strategis sepanjang pendekatan selatan Selat Hormuz, merupakan tempat
transit penting dunia minyak mentah.
Sekitar abad 19, Inggris mengesahkan serangkaian perjanjian
dengan individual emirates yang menelurkan daerah yang diberi nama “The
Trucial States”. Dalam perjanjian tersebut, disepakati bahwa yang berhak
mengatur suatu wilayah adalah Inggris dan tidak melibatkan diri dalam
perjanjian dengan pihak asing, kecuali Inggris. Sebagai imbalannya, Inggris pun
bersedia untuk menjaga kawasan pantai dari semua agresi yang berasal dari laut
dan membantu dalam kasus serangan darat.
Perkembangan dan kemajuan industri mutiara pada abad 19 dan
awal abad 20 membuka kesempatan kerja yang luas dan peningkatan pendapatan bagi
masyarakat Teluk. Banyak penduduk semi-nomaden bekerja di sektor tersebut di
musim panas. Namun, depresi ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 1920 dan awal
1930an, ditambah dengan pembudidayaan mutiara oleh Jepang, membuat industri ini
akhirnya gulung tikar.
Pada awal 1930an, tim perusahaan minyak pertama mengadakan
survei geologi. Pada tahun 1962, kargo minyak mentah pertama diekspor dari Abu
Dhabi. Pendapatan negara karena minyak pun makin meningkat dari tahun ke tahun
yang berimbas pada terpilihnya Yang Mulia Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan
sebagai pemimpin Abu Dhabi pada tahun 1966. Beliau pun memasifkan
program-program pro rakyat, diantaranya membangun sekolah, perumahan, rumah
sakit, dan jalan raya.
Langkah awal yang dilakukan Sheikh Zayed adalah meningkatkan
kontribusi terhadap Trucial States Development Fund. Abu Dhabi pun
menjadi donor atau pemberi bantuan terbesar. Sementara itu, Yang Mulia Sheikh
Rashid bin Saeed Al Maktoum, pemimpin Dubai sejak 1939, mengembangkan pelayaran
sebagai upaya covering pendapatan mutiara yang sempat anjlok. Pada tahun
1969 ketika minyak Dubai mulai diekspor, Sheikh Rashid mampu mengelola
pendapatan minyak dan menggunakannya untuk kesejahteraan rakyat. Hal ini pun
membuat kualitas hidup rakyat menjadi meningkat.
Pada awal tahun 1968, ketika Inggris mengumumkan niatnya
untuk menarik diri dari Teluk Arab, Sheikh Zayed bergegas merekatkan hubungan
dengan emirat. Bersama Sheikh Rashid, Sheikh Zayed menyerukan sebuah federasi
yang akan mencakup tidak hanya tujuh Emirat yang bersama-sama membentuk Trucial
States. Kesepakatan dicapai antara enam penguasa dari Emirates (Abu
Dhabi, Dubai, Sharjah, Umm al-Qaiwain, Fujairah dan Ajman), dan Federasi yang
dikenal sebagai Uni Emirat Arab ini secara resmi didirikan pada tanggal 2
Desember 1971. Emirat ketujuh, Ra al-Khaimah, menyetujui Federasi ini tahun
berikutnya.
3. Pemerintahan
UEA memiliki tingkat stabilitas
politik memadai dan merupakan satu-satunya negara di dunia Arab dengan sistem
Federasi yang telah bertahan cukup lama.
Sistem Politik: federasi dengan
sejumlah kewenangan diserahkan kepada Pemerintah Federal dan kewenangan lainnya
diserahkan pada masing-masing emirat.
Konstitusi: diadopsi sementara pada
tanggal 2 Desember 1971 kemudian disahkan secara permanen oleh Supreme Council
(SC) tahun 1996. Sesuai Kontitusi pasal 120 dan pasal 121 sejumlah permasalahan
dan wewenang dilaksanakan oleh Pemerintah Federal antara lain bidang Urusan
Luar Negeri, Pertahanan dan Keamanan, Kewarganegaraan dan Imigrasi, Pendidikan,
Kesehatan, Nilai Tukar, Pos dan Telekomunikasi, Ijin Pesawat dan Kontrol Lalu
Lintas Udara, Ketenagakerjaan, Perbankan, Batas Tertorial, dan Ekstradisi
Narapidana. Sedangkan wewenang dan permasalahan bidang lainnya diserahkan
kepada masing-masing pemerintah / Emirat.
Federal Supreme Council (FSC):
merupakan kewenangan konstitusional tertinggi di UEA, baik kekuasaan legislatif
maupun eksekutif dan terdiri dari para penguasa tujuh emirat. Abu Dhabi,
Dubai, Sharjah, Ra’s al-Khaimah, Fujairah, Umm al-Qaiwain, dan Ajman.
Presiden dan Wakil Presiden dipilih
oleh FSC untuk masa jabatan lima tahun, sedangkan Perdana Menteri dan Wakil
Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Presiden. Kabinet: Dewan Menteri dicalonkan
oleh Perdana Menteri dan disetujui oleh Presiden.
Federal National Council (FNC)
adalah parlemen UEA sebagai lembaga legislasi dan supervisi pemerintah dengan
40 anggota; masing-masing 8 anggota dari Abu Dhabi dan Dubai, 6 anggota dari
Sharjah dan Ra’s Khaimah; dan 4 anggota dari Ajman, Umm al-Qaiwan serta
Fujairah. 20 anggota FNC dipilih oleh SC, sedangkan separuhnya (20 anggota FNC)
dipilih melalui pemilihan di wilayah masing-masing.
Warga Negara UEA (Emirati) memiliki
sifat toleran, berpandangan ke depan dan memiliki tradisi yang kuat. Mereka
memiliki standar hidup yang tinggi, termasuk pendidikan dan pelayanan kesehatan
yang berkembang dengan baik. Berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan
sumber daya manusia, meningkatkan pemberdayaan perempuan dan penyediaan
kesejahteraan sosial kepada masyarakat kurang mampu.
4.
Ekonomi
Kekayaan Uni Emirat
Arab berdasarkan pengeluaran minyak dan gas yaitu 33% dari GDP negara itu.
Emirat Arab adalah negara penghasil minyak ketiga terbesar di kawasan teluk
setelah Arab Saudi dan Iran. 1973, Uni Emirat
Arab telah mengalami perubahan dari negara kecil yang terletak di gurun menjadi
negara modern dengan taraf kehidupan yang tinggi.
Terakhir
|
Sebelum Ini
|
Tertinggi
|
Paling Rendah
|
Satuan
|
||
383.80
|
348.60
|
383.80
|
2.85
|
USD -
Miliar
|
||
4.40
|
3.90
|
9.80
|
-4.80
|
Persen
|
||
5.20
|
4.40
|
9.80
|
-4.80
|
Persen
|
||
1087245.79
|
1033503.61
|
1087245.79
|
652734.04
|
AED -
Juta
|
||
24077.73
|
23795.86
|
81947.24
|
23795.86
|
USD
|
||
270069.91
|
251578.95
|
270069.91
|
100944.50
|
AED -
Juta
|
||
57044.57
|
56376.76
|
115747.58
|
56376.76
|
USD
|
Pendapatan yang bisa dibilang cukup
menguntungkan datang dari sektor pariwisata, walaupun negara-negara di Timur
Tengah terkenal dengan kekayaan atas minyaknya, pemerintahan dari masing-masing
monarki saling berlomba untuk memajukan sektor pariwisatanya, seperti Dubai dan
Abu Dhabi.
Pemerintah Dubai benar-benar agresif
dalam mempromosikan pariwisatanya. Namun, pariwisata yang ditawarkan kebanyakan
adalah kelas menengah ke atas. Dalam jangka waktu beberapa tahun, Dubai sudah
memiliki banyak sekali tourist spot.
Dengan suhu yang sebegitu panasnya, di Dubai terdapat Ski Dubai Resort yang
merupakan tempat bermain ski indoor yang dilengkapi juga dengan pusat perbelanjaan
dan hotel.
Selain itu, pemerintah Dubai juga
telah membangun bandar udara termahal di dunia yang sudah rampung sekarang, ada
juga Dubailand yang merupakan taman bermain seperti Disney World yang bahkan
direncanakan akan 2 kali lebih besar, lalu Burj Khalifa, menara tertinggi di
dunia, Palm Islands, yang merupakan pulau buatan terbesar di dunia.
Abu Dhabi juga kini tampak seperti
tidak ingin kalah saing. Abu Dhabi mulai gencar mempromosikan sektor
pariwisatanya. Dimulai dengan iklan-iklan yang menarik. Tidak kalah juga, di
Abu Dhabi terdapat taman bermain yang bernama Ferrari World.
Seperti yang dikatakan pada website visit Abu Dhabi, dalam beberapa
tahun kedepan akan dikembangkannya beberapa pulau yang dekat dengan kota Abu
Dhabi tersebut, dikatakan pada pulau-pulau tersebut akan ada tempat untuk
bisnis, hiburan dan budaya.
Selain itu, juga akan dibangun Yas
Marina Circuit, yang akan dijadikan ‘rumah’ bagi F1 Etihad Airways Abu Dhabi
Grand Prix, akan dibangun pula Yas Links Abu Dhabi yang merupakan tempat untuk
bermain golf. Dalam beberapa tahun kedepan, akan ada juga Central Market, namun
anggapan pasar untuk tempat ini salah, karena pada ‘pasar’ ini akan terdapat
area bisnis, tempat tinggal, tempaat hiburan dan juga pusat perbelanjaan.
Selain dibangunnya berbagai macam tourism
activities Abu Dhabi juga membenah bandar udara yang mereka miliki, dan
diharapkan akan siap untuk dipakai pada tahun 2015.
HUBUNGAN BILATERAL ANTARA INDONESIA DENGAN UNI EMIRAT ARAB (UEA)
1.
Politik
Negara Federasi UEA diproklamirkan
pada tanggal 2 Desember 1971. Pemerintah Indonesia mengakui UEA dan
membuka hubungan diplomatik pada tahun 1976. Kedutaan Besar RI di Abu Dhabi
dibuka pada tanggal 28 Oktober 1978 dipimpin oleh Kuasa Usaha Sementara. Sejak
tanggal 29 Maret 1993, Perwakilan RI di Abu Dhabi ditingkatkan menjadi Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh. UEA membuka perwakilannya di
Indonesia sejak tanggal 10 Juni 1991 dipimpin oleh seorang Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh. Disamping KBRI terdapat Konsulat Jenderal RI (dibuka
Februari 2003) dan Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) di Dubai dalam
rangka meningkatkan ekspor komoditi non-migas Indonesia.
Hubungan RI - UEA berkembang dengan
baik di bidang politik. Di bidang politk, UEA selalu mendukung
integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia serta banyak mendukung posisi RI
khususnya dalam pencalonan RI pada Badan Regional maupun Internasional.
Demikian pula dari intensitas kunjungan kedua Negara.
Kunjungan Pejabat Pemerintahan,
lembaga legislative, tokoh masyarakat kedua Negara telah dapat meningkatkan dan
memperkuat keinginan untuk menggali potensi kedua pihak sejalan dengan kemajuan
sarana hubungan di bidang IPTEK, komunikasi, informasi dan transportasi.
2.
Ekonomi
UEA menganut sistem ekonomi terbuka.
Seiring dengan dibukanya hubungan diplomatik antara kedua negara pada tahun
1976, hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara mengalami perkembangan yang
cukup pesat.
UEA merupakan negara tujuan utama
ekspor non migas Indonesia ke Timur Tengah. Bagi Indonesia, UEA merupakan mitra
dagang non-migas urutan ke 18 pada tahun 2008 dan bagi UEA Indonesia merupakan
mitra dagang ke-18.
Sebanyak 169 jenis mata dagang asal
Indonesia yang impor UEA dengan pangsa pasar 3,2% dari seluruh impor UEA. Jenis
komoditi yang diimpor dari Indonesia antara lain tekstil, mesin, suku cadang
pesawat, garment, plywood, produksi kertas, produksi plastik, glassware,
produksi kulit (sepatu, tas dll) karet, ban mobil, baterai mobil, peralatan
rumah tangga, plastik, sabun, furnitur, alat-alat listrik, eletronik, arang,
teh, terigu buah-buahan segar, makanan kaleng dll.
Mata dagangan yang diekspor UEA ke
Indonesia antara lain aluminium, produk kimia, produk minyak, buah kurma,
katun, kapas, besi, gandum dll.
Perdagangan Timbal Balik Indonesia –
UEA
TAHUN
|
TOTAL
PERDAGANGAN
|
EKSPORT KE
PEA
|
IMPORT
DARI PEA
|
SURPLUS
INDONESIA
|
Dalam US $
|
||||
2004
|
1.085.040,5
|
744.622,5
|
340.418,0
|
404.204,5
|
2005
|
1.249.374,6
|
906.653,7
|
342.720,8
|
563.932,9
|
2006
|
1.413.396,1
|
1.068.324,7
|
345.071,4
|
723.253,4
|
2007
|
1.515.232
|
1.324.811,4
|
190.421,0
|
1.134.390,5
|
2008
|
2.181.519,9
|
1.652.087,4
|
529.432,5
|
1.122.655,0
|
Indonesia merupakan negara urutan
ke-4 di antara negara-negara ASEAN dalam ekspornya ke UEA. Negara ASEAN
lainnya yang merupakan pesaing dengan komoditi ekspor yang sama adalah
Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Sektor kerjasama yang dapat
dimanfaatkan oleh kedua Negara dibidang ekonomi dan perdagangan a.l.
sektor migas, sektor transportasi, pelabuhan laut, sektor konstruksi, sektor
perdagangan dan sektor jasa lainnya seperti perbankan dan pariwisata.
3. Penerangan,
Sosial dan Budaya
Kerjasama bidang penerangan, sosial
dan budaya antara Indonesia-UEA telah terjalin dengan baik. Pada bidang
pendidikan, Pemerintah UEA sejak tahun 1995/1996 memberikan beasiswa bagi
pelajar Indonesia untuk bersekolah di Ma'had Al Islami (setingkat SD hingga
SMA) di Al Ain. Terdapat 6 orang pelajar Indonesia ( tingkat SMP dan SMA) yang
belajar di Ma’had ‘Ilmi Al Islami di Al ‘Ain dan 8 orang mahasiswa Indonesia
yang kuliah di Universitas di UEA, yaitu 7 orang di UAE University dan 1 orang
di Universitas Sharjah.
Di bidang sosial, pasca Tsunami Aceh
pada akhir tahun 2004, Pemerintah UEA melalui Red Crescent Society, telah
memberikan bantuan berupa pembangunan proyek perumahan Emirates Villages di
Lampaseh, Aceh sebanyak 469 unit rumah dan proyek perumahan “Sheikh Khalifa
City” sebanyak 1033 unit rumah bagi korban bencana tsunami di Aceh. Disamping itu,
Pemerintah UEA juga telah memberikan bantuan kepada para korban bencana gempa
di Yogyakarta senilai US$ 4 juta.
Pemerintah RI c.q. Departemen Agama
RI sejak tahun 1998 ikut serta dalam Lomba Hifdzul Qur’an “Dubai International
Holy Qur’an Award” setiap tahun di Dubai. UEA melalui Zayed Foundation juga
telah memberikan bantuan kepada IAIN yang sekarang bernama UIN Syarif
Hidayatullah sebesar US$ 32.000.
Di bidang penerangan, beberapa
wartawan UEA dan Indonesia mengadakan kunjungan jurnalistik. Pada tanggal 19
Februari 2001 ditandatangani kesepakatan kerjasama antara Kantor Berita Antara
dengan Kantor Berita WAM yang diperbaharui pada tanggal 22 Mei 2005. Masyarakat
Indonesia di UEA berjumlah sekitar 72.000 orang (Sumber: Data Statistik
Kementerian Dalam Negeri).
0 Response to "Uni Emirat Arab"
Post a Comment