1.
Latar
Belakang Sejarah Berdirinya
Candi
Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda
bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya
reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk
menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan
membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru
dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi
Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang.
Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah
mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai
dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu
mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya
dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu
dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.
Candi
Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja
Dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi
menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian
diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti
Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai
raja yang besar.Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai
Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Prasasti
ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan
membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu:
Bahasanya merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis
dalam puisi Jawa kuna; Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa
sejarah yang sangat penting dari pertengahan abas ke IX M; Didalamnya terdapat
uraian yang rinci tentang suatu “gugusan candi”, sesuatu yang unik dalam
epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah peristiwa sejarah dan
uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang dimaksud
adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra melawan Rakai
Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan melarikan diri ke Sumatera.
Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari
masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.
Candi
Prambanan atau Candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Roro Jonggrang
berkaitan dengan legenda yang menceriterakan tentang seorang dara yang
jonggrang (jangkung) yang adalah putri Prabu Boko. Bagian tepi candi dibatasi
dengan pagar langkan yang dihiasi dengan relief cerita Ramayana yang dapat
dinikmati dengan ber-pradaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi
selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu.
Kompleks
candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9.
Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke
timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit
setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma
sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai
Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha
Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi
Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang
berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang
atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas
bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.
2. Letak dan Geografis
Candi Loro
Jonggrang atau yang sering
disebut Candi Prambanan terletak persis di perbatasan propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan propinsi Jawa tengah, ± 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta
atau ± 53 km sebelah barat Solo. Komplek percandian Prambanan ini masuk ke
dalam dua wilayah yakni komplek bagian barat masuk wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta dan bagian timur masuk wilayah propinsi Jawa tengah. Percandian
Prambanan berdiri di sebelah timur sungai opak ± 200 meter sebelah utara jalan
raya Yogya – Solo.
3. Situasi dan Kondisi
Sejak terjadinya perpindahan pusat kerajaan
Mataram ke Jawa timur, berakibat tidak terawatnya candi – candi di daerah ini
ditambah terjadinya gempa bumi serta beberapa kali meletusnya gunung merapi
menjadikan candi Prambanan runtuh tinggal puing – puing batu yang berserakan.
Usaha pemugaran yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda berjalan sangat
lamban dan akhirnya pekerjaan yang sangat berharga itu diselesaikan oleh bangsa
Indonesia.
Pada tanggal 20 desember 1953 pemugaran candi induk Loro Jonggrang secara resmi
dinyatakan selesai oleh Dr. Ir. Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia
pertama. Sampai sekarang pekerjaan pemugaran dilanjutkan, yaitu pemugaran candi
Brahma dan candi Wisnu. Candi Brahma dipugar mulai tahun 1977 dan selesai pada
tanggal 23 Maret 1987 . Sedangkan candi Wisnu mulai dipugar pada tahun 1982 dan
diresmikan oleh bapak Presiden Soeharto pada tanggal 27 April 1991.
Pasca
Gempa 5,9 SR dan Status Awas Merapi, kompleks Candi Prambanan dan candi-candi
di sekitarnya mengalami kerusakan, seperti Candi Plaosan, Ratu Boko, Candi Sewu
dan Candi Ijo. Pada Kompleks Candi Prambanan, 3 candi utama yakni Brahma, Siwa,
dan Wisnu semuanya rusak, termasuk candi pendamping, yaitu Angsa, Nandi dan
Garuda. Tetapi yang paling parah kerusakannya adalah Candi Brahma, mahkota
kemuncaknya runtuh, teras pintu masuk ke ruang candi ambrol menutupi pintu
candi. Candi Syiwa yang bangunannya paling besar, retak di berbagai tempat
bahkan tubuh bagian tengah Candi Syiwa bergeser beberapa centimeter. Begitu
pula Candi Angsa, Nandi, dan Garuda, bagian puncaknya miring dan kemuncaknya
terancam jatuh. Batu-batu dari reruntuhan candi berserakan di pelataran. Garupa
halaman satu sisi barat, gapura halaman tiga sisi selatan mengalami kerusakan
berat. Walaupun begitu Kompleks Candi Prambanan tetap terbuka untuk kegiatan
kepariwisataan. Selama proses restorasi objek wisata, Prambanan tidak ditutup,
justru diharapkan wisatawan bisa menyaksikan langsung proses restorasi
tersebut. Untuk keamanan, pengunjung hanya boleh melihat candi dari luar pagar
teralis.
4. Candi-Candi yang Ada di Prambanan
·
Candi
Siwa
Candi dengan luas dasar 34 meter persegi dan tinggi 47 meter
persegi adalah candi terbesar dan tertinggi. Dinamakan candi Siwa karena
didalamanya terdapat arca Siwa Mahadewa yang merupakan arca terbesar. Bangunan
ini terbagi atas tiga bagian secara vertical kaki, tubuh dan kepala atau atap.
Kaki candi menggambarkan “dunia
bawah” tempat manusia yang masih diliputi oleh hawa nafsu,
tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang telah meninggalkan
keduniaan dan di atas melukiskan “dunia atas” tempat para dewa.
Gambar kosmos nampak pula dengan adanya arca dewa – dewa dan
mahluk surgawi yang menggambarkan Gunung Mahameru ( Mount Everest di India )
tempat para dewa. Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang
terbesar. Di tangan kirinya berdiri dua arca raksasa penjaga, dengan membawa
gada yang merupakan manifestasi dari Siwa. Di dalam candi terdapat empat
ruangan yang menghadap ke arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar
yang ada di tengah – tengah. Kamar terdepan kosong, sedangkan ketiga kamar lainnya
masing – masing berisi arca : Siwa Maha Guru, Ganesha dan Durga.
Dasar kaki candi dikelilingi oleh selasar yang dibatasi oleh
pagar langkan. Pada dinding langkan terdapat relief cerita Ramayana yang dapat
diikuti dengan cara Pradaksina ( berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu
utama. Hiasan – hiasan pada dinding sebelah luar berupa “kinari – kinari” (
kepala raksasa yang lidahnnya berwujud sepasang mitologi) dan mahluk surgawi
lainnya. Atap candi bertingkat – tingkat dengan susunan yang amat komplek
masing –masing dihiasi sejumlah ratna dan puncaknya terdapat ratna terbesar.
a.
Arca Siwa Mahadewa
Menurut ajaran Trimurti – Hindu, yang paling dihormati
adalah dewa Brahma sebagai pencipta alam, kemudian dewa Wisnu sebagai
pemelihara, dan dewa Siwa sebagai perusak alam. Tetapi di India maupun di Indonesia
, Siwa adalah dewa yang paling terkenal. Di Jawa, dia dianggap yang tertinggi,
karenanya ada yang menghormatinya sebagai Mahadewa. Arca ini mempunyai tinggi 3
meter berdiri di atas landasan batu setinggi 1 meter. Di antara kaki arca dan
landasanya terdapat batu bundar berbentuk bunga teratai. Arca ini menggambarkan Raja Balitung, tanda – tanda sebagai Siwa
adalah tengkorak di atas Bulan Sabit pada mahkotanya, mata ketiga pada dahinya,
bertangan empat berselampangkan ular, kulit harimau di pingganya serta senjata
trisula pada sandaran arcanya. Tangan – tanganya memegang kipas, tasbih, tunas
bunga teratai, dan benda bulat sebagai benih alam semesta. Raja Balitung
dipandang sebagai penjelmaan Siwa oleh keturunan dan rakyatnya.
b.
Arca Siwa Mahaguru
Arca ini berwujud seorang tua yang berjanggut yang berdiri
dengan perut gendut. Tangan kananya memegang tasbih, tangan kiri memegang
kendi, dan bahunya terdapat kipas. Semuanya adalah tanda – tanda seorang
pertapa. Trisula yang terletak di sebelah belakangnya menandakan senjata khas
Siwa. Arca ini menggambarkan pendeta alam dalam istana Raja Balitung sekaligus
seorang penasihat dan guru. Karena besar jasanya dalam menyebarkan agama Hindu
– Siwa, maka ia dianggap salah satu aspek atau bentuk dari Siwa.
c.
Arca Ganesha
Arca ini berwujud manusia berkepala gajah, bertangan empat
yang sedang duduk dengan perut gendut. Tangan – tangan belakangnya memegang
tasbih dan kampak sedangkan tangan – tangannya memegang pahatan gadingnya
sendiri dan sebuah mangkuk. Ujung belalainya dimasukan ke dalam mangkuk itu
yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan. Ganesha
memang menjadi lambang kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan, penghalau segala
kesulitan. Pada mahkotanya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda
bahwa ia anak Siwa dan Uma, istrinya. Arca ini menggambarkan putra mahkota
sekaligus panglima perang Raja Balitung.
d.
Arca Durga atau Loro
Jonggrang
Arca ini berwujud seorang wanita bertangan delapan yang
memegang beraneka macam senjata : cakra, gada, anak panah, ekor banteng,
sankha, perisai, busur, panah, dan rambut berkepala Asura. Ia berdiri di atas
benteng Nandi dalam sikap tribangga ( tiga gaya gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh)
Banteng Nandi sebenarnya penjelmaan Daru Asura yang menyamar. Durga berhasil
mengalahkanya dan menginjaknya sehingga dari mulutnya keluarlah Asura yang lalu
ditangkapnya. Ia adalah salah satu aspek dari sakti isteri Siwa. Menurut
metologi ia tercipta dari lidah –lidah api yang keluar dari tubuh para dewa.
Durga adalah dewa kematian, karenanya arca ini menghadap ke utara yang
merupakan arah mata angin kematian. Sebenarnya arca ini sangat indah apabila
dilihat dari kejauhan nampak seperti hidup dan tersenyum namun hidungnya telah
dirusak oleh tangan –tangan jahil. Arca ini menggambarkan permaisuri Raja
Belitung.
·
Candi
Brahma
Luas dasarnya 20 m2 dan tingginya 37 meter. Di
dalam satu- satunya ruangan yang ada berdirilah arca Brahma berkepala empat dan
berlengan empat. Arca ini sebenarnya sangat indah tetapi sudah rusak. Salah
satu tangannya memegang tasbih yang menggambarkan waktu dan yang satu memegang
kamandalu tempat air. Keempat wajahnya menggambarkan keempat kitab suci Weda
masing – masing menghadap keempat arah mata angin. Keempat lengannya
menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai pencipta, ia membawa air karena
seluruh alam keluar dari air. Dasar kaki candi juga dikelilingi oleh selasar
yang dibatasi oleh pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dalam
terpahat relief lanjutan cerita ramayana dan relief serupa pada candi Siwa
hingga tamat.
·
Candi
Wisnu
Bentuk dan ukuran relief serta hiasan dinding luarnya sama
dengan Candi Brahma. Di dalam satu – satunya ruangan yang ada berdirilah arca
Wisnu bertangan empat yang memegang gada, cakra, tiram. Pada dinding langkan
sebelah dalam terpahat relief cerita kresna sebagai avatara atau penjelmaan
Wisnu dan Balarama (Baladewa) kakaknya.
·
Candi
Nandi
Luas dasarnya 15 meter persegi dan tingginya 25 meter. Di
dalam satu – satunya ruangan yang ada, terbaring arca seekor lembu jantan dalam
sikap merdeka dengan panjang ± 2 meter. Di sudut belakangnya terdapat arca Dewa
Candra. Candra yang bermata tiga berdiri di atas kereta yang ditarik oleh 7
ekor kuda. Candi ini sudah runtuh.
·
Candi
Angsa
Candi ini berisi satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas
dasarnya 13 meter persegi dan tingginya 22 meter. Mungkin ruangan ini hanya
digunakan untuk kandang angsa atau hewan yang biasa dikendarai oleh Brahma.
·
Candi
Garuda
Bentuk dan ukuran serta hiasan dindingnya sama dengan Candi
Angsa. Di dalam satu – satunya ruangan yang ada terdapat arca kecil yang
berwujud seekor garuda di atas seekor naga.
·
Candi
Apit
Luas dasarnya 6 m2 dengan tinggi 16 meter, ruanganya kosong,
mungkin candi ini digunakan untuk bersemedi untuk memasuki candi induk. Karena
keindahanya mungkin digunakan untuk menanamkan estetika dalam komplek
percandian Prambanan.
·
Candi
Kelir
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 meter. Candi ini
tidak mempunyai tangga masuk fungsinya sebagai penolak bala.
·
Candi
Sudut
Ukuran candi – candi ini sama dengan candi kelir.
5. Ritual Agama Hindu di Candi Prambanan
·
Upacara Tawur Kesanga
Bhuta Yajña (Tawur
Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan
spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
Tawur Kesanga juga
berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia.
Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti
mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil
sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan
mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu
dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus
ikhlas.
Ini berarti Tawur
Kesanga bermakna memotivasi keseimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang
perlu ditanamkan dalam merayakan pergantian Tahun Saka Menyimak sejarah
lahirnya, dari merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan
toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang
maupun pada masa yang akan datang.
6.
Pemeliharaan dan
Aturan-Aturan di Candi Prambanan
·
Aturan
mewajibkan semua pengunjung Candi Prambanan mengenakan sarung batik dan sandal
bersol karet (agar batu candi tidak aus karena gesekan), terutama bagi mereka
yang bercelana pendek.
·
Pengunjung
dilarang merokok di area candi Prambanan
·
Pengunjung
dilarang memanjat dinding candi
·
Pengunjung
dilarang mencorat-coret benda-benda purbakala
·
Pengunjung
diharuskan menjaga kebersihan lingkungan di sekitar candi
0 Response to "CANDI PRAMBANAN"
Post a Comment